Minggu, Maret 25, 2012
Fanfiction (SHINee) : Four Seasons # Part3
< Part 1 < Part 2 Part 4(end) >
Title : Four Seasons
Author : LuvDubu
Genre : Romance
Lenght : 3 of 4
Cast :
> Choi Sang Ah
> Cha Shun Hwa
> Shin Hyo Bin
> All Member SHINee
Let’s read >>>>>
Tanpa menoleh kearahku, Onew langsung menghampiri namja yang terbaring di kasur itu. Onew memegang tangan namja itu dengan wajah yang cemas. Jangan2 namja itu dongsaengnya Onew? Taemin-ah??
“Taemin-ah, bangun. Hyung sudah ada disini. Bangun, Taemin-ah!” kata Onew sambil meneteskan air matanya.
Ring ding dong... Ring ding dong...
Handphone Minho berbunyi yang menandakan ada panggilan masuk. Ternyata itu telepon dari appanya Minho. Minho langsung memencet tombol jawab.
“Yoboseyo... waeyo appa?.... Ne.... Sekarang aku akan pulang” kata Minho langsung mematikan handphonenya.
“Sang Ah... A-Yo kita pulang! Aku harus membantu appaku membuat adonan soalnya banyak pelanggan yang datang hari ini”. Oh ya aku lupa bilang kalau keluarganya Minho punya toko roti. Jadi kadang2 Minho suka membantu appanya buat bikin adonan roti.
“Mianhaeyo, Minho-ah... Aku ingin menemani Onew disini. Kasihan dia...” kataku sambil memandang kearah Onew.
“Ne, aku mengerti. Kau memang yeoja yang baik. Tapi jangan pulang terlalu sore ya?”
“Ne...”kataku sambil tersenyum. Minho langsung mengelus rambutku dengan lembut dan melangkah pergi.
Ku pandang Onew yang masih menangis di samping Taemin. Ku hampiri dia dan ku pegang bahu kanannya.
“Sabar ya, Onew ssi! Taemin-ah pasti akan sadar. Sebaiknya kita bawa saja dia ke rumah sakit”
Di rumah sakit.....
Taemin sudah dibawa ke rumah sakit. Sekarang dokter sedang menanganinya didalam. Wajah Onew masih menampakkan kesedihan walaupun dia sudah tidak menangis lagi.
“Gomawoyo, Sang Ah. Kamu sudah menolong dongsaengku dan menemaniku saat ini” kata Onew tersenyum seperti biasa. “Sekarang sudah hampir malam, aku akan mengantarkanmu pulang” kata Onew beranjak dari tempat duduknya.
“Tidak usah, Onew ssi. Tadi aku sudah menghubungi Minho untuk menjemputku. Kamu disini saja menunggu Taemin-ah”
Cause you are my sun, the moon...
Handphoneku berdering menandakan kalau ada panggilan masuk. Ternyata ini telepon dari Minho. Aku langsung menekan tombol jawab.
“Yoboseyo... Ne, Minho, aku segera kesana... Ne... Bye!”. Aku langsung menutup teleponnya.
“Onew ssi, sahabatku Minho sudah datang. Aku pulang dulu ya! Kau tenang saja, Taemin pasti akan sadar kok! Jaga kesehatanmu, ya! Bye!” kataku sambil melambaikan tangan. Onew hanya tersenyum padaku.
Siang hari, di taman belakang sekolah.....
“Duh... mana sih Minho? Katanya cuma sebentar, tapi sampai sekarang belum nongol2 juga”. Kau menghela napas dan bersabar menunggu Minho. Aku janjian sama Minho untuk membeli gitar, hadiah ulang tahunnya Hyo Bin. Sekarang Hyo Bin lagi ekskul musik. Daritadi pagi, aku dan Minho pura2 tidak tahu kalau besok dia ulang tahun.
“Mianhaeyo, Sang Ah... Barusan aku dipanggil Mr. Lee, katanya aku ditunjuk sebagai anggota tim basket yang akan bertanding dengan SMA Shinhwa dua bulan lagi”
“Kok bisa? Kamu kan gak ikut ekskul basket”
“Tadi saat olahraga, kebetulan aku dan teman2ku bermain basket. Trus Mr. Lee kalau permainanku bagus. Gitu ceritanya! Ya udah, A-Yo kita ke toko musik...”
Sesampainya di toko musik...
“Ahjussi...ahjussi...” kataku memanggil si pemilik toko.
“Ne, waeyo? Kamu yeoja yang datang dua hari yang lalu ya... Pasti ingin membeli gitar yang itu” kata ahjussi sambil menunjuk gitar yang dimaksud.
“Ne... ahjussi”. Ahjussi itu langsung menaruh gitar itu dalam tempat gitar dari kayu. Setelah membayar gitarnya, aku dan Minho langsung pulang ke rumah. Setelah sampai rumahku, aku dan Minho membungkus tempat gitar itu dengan kertas kado berwarna pink dan di hias dengan pita berwarna emas. Hyo Bin memang suka dengan warna pink.
“Wuih selesai juga! Kado ini taruh di rumahku saja, ok?”. Aku hanya mengangguk ringan dan Minho pulang kerumahnya sambil membawa kado itu.
Malam hari jam 23.50 Wks (Waktu Korea bagian Sana)
Aku dan Minho menyelinap ke kamar Hyo Bin. Dalam kegelapan, kami melihat Hyo Bin yang sedang tertidur pulas. Memang kalo Hyo Bin tidur, lampu kamarnya pasti dimatiin.
“Hyo Bin kalau tidur lucu ya” bisik Minho kepadaku. Aku pun hanya tersenyum.
Aku langsung menggoncang-goncang tubuh Hyo Bin yang terbaring di tempat tidur. Kulihat mata Hyo Bin terbuka walaupun belum sepenuhnya. Saat melihatku dan Minho, dia langsung teriak.
“Nuguseyo (siapa kamu)? Jangan ganggu aku! Apa salahku?” kata Hyo Bin histeris.
Jelas saja dia histeris, soalnya aku dan Minho memakai kostum hantu bekas Hallowen. Minho memakai baju terusan usang yang sudah sobek2 dengan penutup wajah yang seram, sedangkan aku memakai baju terusan putih dengan noda bercak2 darah yang terbuat dari pewarna pakaian dan wajahku di make-up seseram mungkin seperti wajah orang yang habis tabrakkan.
Karena baru bangun, mungkin nyawanya belum terkumpul semua, jadi ketakutan melihat kami berdua. Apalagi kamarnya Hyo Bin gelap karena lampu dimatikan. Hyo Bin langsung menutup mukanya dengan selimut.
Kami mulai menakuti Hyo Bin dengan suara2 yang mencekam. Hyo Bin teriak2 tidak karuan. Mendengar langkah kaki yang berlari menuju kamar Hyo Bin, aku dan Minho langsung bersembunyi di tirai kamar Hyo Bin yang panjang. Eomma Hyo Bin masuk ke kamar Hyo Bin dan menyalakan lampu.
“Waeyo, Hyo Bin? Kenapa malam2 begini kamu teriak2?” tanya eomma Hyo Bin bingung.
“Hantu... ada hantu disitu...” kata Hyo Bin sambil menunjuk kearah tirai.
“Tidak ada apa2 kok. Kau mengigau ya?”
“Aku gak ngigau kok. Beneran tadi ada hantu, ada 2 lagi. Yang satu bajunya compang camping, yang satu lagi kayak sadako” kata Hyo Bin yang masih menutup mukanya dengan selimut.
“Apa hantunya seperti ini?” kata eomma sambil membuka tirai. Hyo Bin membuka selimutnya dan teriak.
“Ne... ne... hantunya seperti itu”. Hyo Bin masih ketakutan. Aku dan Minho langsung tertawa melihat sikap Hyo Bin. Mendengar kami tertawa, Hyo Bin langsung marah.
“Kalian berdua?! Keterlaluan! Kalian...” kata Hyo Bin terhenti saat aku membawa kue ulang tahun yang berwarna pink yang diatasnya ada lilin berbentuk angka 18.
“Saengil chukhahamnida... Saengil chukhahamnida... Saranghaeyo, my best friend... Saengil chukhahamnida...”
Aku menyanyikan lagu itu bersama Minho. Kulihat Hyo Bin yang mulai meneteskan air mata. Setelah make a wish, Hyo Bin langsung meniup api yang ada di lilin.
“Saengil chukhahamnida, my best friend. Nie ada kado untukmu” kataku sambil menyerahkan kado yang sudah dipersiapkan. Hyo Bin sangat senang saat menerima kado itu, soalnya warnanya pink.
“Boleh aku membukanya?” tanya Hyo Bin sambil menatap aku dan Minho. Kami hanya menganggukkan kepala. Hyo Bin membuka kado itu dengan cepat, mungkin dia penasaran dengan isinya. Matanya berbinar-binar saat melihat isi kado tersebut adalah gitar. Hyo Bin menatap kami dengan mata yang berkaca-kaca.
“Gomawoyo, my best friend!”. Hanya itu kata2 yang terucap dari bibir Hyo Bin. Hyo Bin melihat note yang terselip di gitar dan membaca note itu.
‘Jaga baik2 ya gitar itu, soalnya harganya mahal! –SangMin- ... Latihan terus, biar mahir!” -Minho-... Ciptain lagu buat aku ya dengan gitar itu (n,n) ! –Sang Ah-... Ciptain lagu buat aku juga! -Minho-...’
Hyo Bin tersenyum saat membaca note itu. Aku dan Minho juga ikutan tersenyum.
Dirumah sakit...
“Hai, Taemin-ah... kamu udah makan?” tanyaku sambil duduk di samping tempat tidurnya.
Sudah tiga minggu, dia di rawat di rumah sakit. Kata dokter, penyakitnya tambah parah. Hari ini aku menjenguk Taemin sambil membawa buah2an. Sejak dua minggu yang lalu, aku jadi sering menjenguk Taemin.
Sebenarnya Onew yang minta aku buat nemenin Taemin soalnya ada keperluan yang harus dia selesaikan. Tapi sekarang, tanpa diminta Onew pun, aku tetap menjenguk Taemin habis pulang sekolah. Kadang2 aku menjenguk Taemin bareng sama Hyo Bin dan Minho. Tapi kalau mereka ada keperluan, aku hanya sendirian menjenguknya.
Aku sempat kaget saat pertama kali Taemin sadar dari pingsannya, Taemin sudah mengenalku.
~Flashback~
Aku datang ke rumah sakit bersama Onew untuk menjenguk Taemin. Saat ku buka pintu kamar, kulihat Taemin tersenyum padaku.
“Sang Ah...” katanya pelan.
“Sang Ah, aku pergi dulu. Ada keperluan lain. Jaga dongsaengku dulu ya!” kata Onew sambil melihat jam tangannya dan pergi meninggalkanku.
Sebenarnya aku bingung harus melakukan apa. Tapi masa bodo lah, yang penting aku harus bisa menghibur dia.
“Annyeong, Taemin-ah” kataku sambil melambaikan tangan.
“Annyeong, Sang Ah...” katanya sambil tersenyum. Aku bingung, kok dia tahu namaku. Padahal aku belum memperkenalkan diri.
“Taemin-ah, kok kamu bisa tau namaku? Aku kan belum memperkenalkan diriku. Kita juga baru ketemu sekali saat di perpustakaan” kataku heran.
“Memang kita baru pertama kali ketemu saat di perpustakaan waktu itu. Tapi aku selalu memperhatikanmu setiap hari di sekolah walaupun kamu tidak menatapku”
“Maksudnya?? Aku jadi bingung” kataku sambil menggaruk-garuk kepala.
“Aku sudah mengenalmu sejak kelas 1 SMA. Aku selalu melihatmu dari jauh. Sang Ah yang selalu ceria. Sang Ah selalu bersama2 dengan kedua sahabatnya. Sang Ah yang selalu tersipu malu saat bersama namjachingunya. Dan yang Sang Ah menangis saat namjachingunya memutuskannya dan kau menangis di pelukan Minho. Aku tahu semua tentangmu”
Aku hanya terbengong mendengar ucapan Taemin. Jadi orang yang ngeliatin aku dan Minho lagi pelukan di taman belakang sekolah itu Taemin. Pantas aja saat Taemin menegurku di perpustakaan, aku merasa pernah melihat dia sebelumnya. Aku nggak sadar kalau ada orang yang memerhatikanku sampai segitunya.
~Flashback end~
Mulai saat itu, aku dan Taemin jadi teman dekat. Kadang2 Taemin suka menghiburku padahal Taemin yang seharusnya dihibur. Kok malah kebalik?
“Belum... aku belum makan”
“Aigo... sekarang udah jamnya kamu makan. Habis makan kamu harus minum obat”. Aku langsung mengambil piring berisi makanan yang sudah tersedia di meja samping tempat tidur. Kusuapi dia pelan2 agar makanannya tidak berhamburan kemana-mana. Aku selalu menahan tawa kalau ada nasi yang menempel di pipi Taemin.
“Waeyo, Sang Ah?” kata Taemin heran melihatku. “Pasti ada butir nasi lagi ya yang menempel di pipiku?”. Aku hanya mengangguk pelan. “Kamu itu emang selalu jahil ya. Gak pernah bilang kalau ada butir nasi yang menempel di pipiku.”
“Mianhaeyo, Taemin-ah... Hanya saja wajahmu jadi terlihat lucu kalau seperti itu. Cute banget!” kataku sambil menahan tawa. Taemin langsung menggelitiki pinggangku.
“Taemin-ah, sudah... sudah... Mianhaeyo... nanti nasinya tumpah nih...” kataku menyerah sambil menaruh piring di atas meja. Aku takut piring itu jatuh beneran.
Taemin masih mengelitiki pinggangku, akupun langsung mengelitiki pinggangnya. Tanpa sadar wajahku dan wajah Taemin hanya berjarak lima centimeter. Aku dapat merasakan hembusan nafasnya menyentuh pipiku dengan lembut. Taemin menatapku dengan tajam. Ku lihat wajah Taemin yang belum pernah kulihat sebelumya. Begitu serius dan sedikit menyeramkan. Semakin lama wajah Taemin semakit dekat dengan wajahku.
“Apa aku masih terlihat cute kalau seperti ini?” katanya sambil yang masih menatapku dengan tajam. Taemin langsung tertawa melihat wajahku yang memerah seperti kepiting rebus.
“Taemin-ah... kau mengerjaiku ya? Jahaaat!” kataku sambil memukul bahu Taemin. Taemin hanya meringis kesakitan sedikit dan masih menertawaiku.
Sungguh! Tadi aku gak bisa bernafas, jantungku serasa berhenti dan seluruh tubuhku gak bisa digerakkin. Kalau sekali lagi dia melakukan hal itu, mungkin aku langsung pingsan ditempat. Tatapannya begitu menyeramkan. Hiiiiy...
“Akhirnya aku bisa mengerjaimu juga kan? Hahaha...”
“Ne... ne... sekarang aku biarkan kau menang. Tapi lain kali, aku yang akan menang lagi. Ya udah minum obatnya dulu nih!” kataku sambil menyerahkan obat2an itu ke Taemin. Taemin hanya tersenyum melihatku sambil meminum obat2 itu.
“Taemin-ah, sepertinya Onew sudah datang. Aku pamit pulang dulu ya. Bye!” kataku sambil membungkukkan badanku. Kulihat Onew sudah berdiri di depan pintu. Aku pun berjalan ke arah pintu tapi langkahku tertahan saat Taemin menggenggam tanganku. Aku menoleh ke arahnya dengan heran.
“Gomawoyo, Sang Ah!” katanya sambil tersenyum. Duh, kenapa sih sejak kejadian tadi kalau aku memandang dia, wajahku jadi merah kayak gini. Aku pun membalas senyumnya dan dia melepas genggamannya.
Malam hari, di kamarku.....
Aigo... kenapa hatiku masih deg2an kayak gini sih? Kenapa juga aku nggak bisa berhenti tersenyum? Apa jangan2 aku suka sama Taemin? Andwae... andwae... Aku langsung memukul pelan pipiku berkali-kali. Mudah2an aja besok aku gak kayak gini. Mudah2an...
Sudah seminggu lebih aku gak jenguk Taemin di rumah sakit soalnya ada ulangan pra ujian. Jadi aku harus belajar ekstra agar dapat nilai yang bagus. Setiap hari aku belajar bareng dengan Hyo Bin dan Minho. Sekarang aku lagi merenung sendirian di bawah pohon taman belakang sekolah. Hyo Bin lagi ekskul musik, Minho lagi latihan basket buat bertanding persahabatan dengan SMA Shinhwa. Sepi juga ya kalau nggak ada mereka berdua.
Ku dengar langkah kaki menuju ke arahku. Aku langsung menoleh dan ternyata dia adalah seorang namja. Namja murah senyum nomor dua.
“Annyeong, Sang Ah...” katanya sambil tersenyum dan duduk di sampingku.
“Annyeong, Taemin-ah... Kamu udah boleh keluar dari rumah sakit? Emangnya kamu udah sembuh?” kataku heran.
“Aku bosan di rumah sakit terus. Sejak kamu gak jenguk aku seminggu yang lalu, aku jadi kesepian. Onew hyung juga jarang menjengukku. Huuh... Lagian aku udah agak mendingan kok. Lihat aku udah mendingan kan!” katanya sambil tertawa riang.
Aku hanya menganggukkan kepalaku sambil tersenyum. Memang dia sudah terlihat sedikit mendingan tapi wajahnya masih terlihat pucat. Sesekali Taemin menyeka keringatnya dengan saputangan. Fisiknya masih terlihat lemah.
“Hari ini aku senang sekali. Akhirnya aku bisa duduk berduaan denganmu seperti ini di taman belakang sekolah. Biasanya kan kau selalu duduk disini dengan Minho” katanya sedikit sinis. Aku hanya tersenyum melihat bibirnya yang manyun.
“Kamu cemburu ya sama Minho? Tenang saja, kalau kamu ingin duduk berdua denganku seperti ini lagi, kita bisa melakukannya setiap hari sampai kau bosan...”
“Aniyo, Sang Ah... sepertinya ini yang terakhir buatku untuk bisa bersamamu...”
“Maksudmu?? Aku tidak mengerti...”
Tes... Tes...
Ada tetesan darah yang mengenai tanganku. Aigo... kulihat hidungnya Taemin mengeluarkan darah. Menyadari hal itu, Taemin langsung memalingkan wajahnya dan menyeka hidungnya dengan saputangan. Darahnya tidak berhenti menetes! Sampai seragamnya pun kena darah juga. Taemin.....
TBC
> > > > >
cr: Hanifidiani's Facebook notes
cr:
Labels:
FanFiction,
JinSang Couple,
Lee Jinki,
Onew,
SHINee
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar