Pengamen atau istilah kerennya adalah musisi jalanan,
sering kita jumpai di wilayah perkotaan bahkan pedesaan. Mulai dari anak-anak
kecil sampai orang tua yang sudah lanjut usia. Cara mengamen mereka pun
macam-macam. Ada yang menggunakan kecrekan,
gitar, biola, gendang, harmonika dan pianika, bahkan ada yang hanya
mengandalkan tepukan tangan tanpa alat apapun.
Pengamen selalu ada setiap waktu. Baik siang maupun malam
mereka pasti selalu ada. Naik turun dari satu kendaraan umum ke kendaraan umum
yang lainnya hanya untuk mendapatkan kepingan atau lembaran uang demi kehidupan
mereka kedepannya. Tak peduli peluh keringat yang terus berceceran membasahi
tubuh, mereka akan selalu berusaha.
Miris memang melihat ada anak-anak kecil yang mengamen di
angkutan umum. Seharusnya mereka menikmati masa kecil mereka dengan cara
selayaknya, bukan dengan cara seperti itu. Tapi terkadang saya juga merasa
heran saat mengetahui bahwa terkadang masih ada orangtua yang malah menyuruh
anaknya untuk mengamen. Ckckck...
Menurutku, penghasilan seorang pengamen itu tergantung
nasib. Ada pengamen yang bernyanyi dan memainkan alat musik dengan baik, malah
sedikit yang memberi uang. Tapi yang mengamen dengan cara *ehm* biasa saja
malah banyak yang memberi uang. Aneh ya? Tapi itu sih tergantung dari orangnya
yang mau ngasih.
Saya sendiri termasuk orang yang suka milih-milih waktu
mau memberikan uang kepada pengamen. Jika pengamen itu mengamen dengan baik,
saya baru memberikan uang. Tapi kalau biasa aja, saya mikir-mikir dahulu.
Walaupun terkadang saya juga jarang memberikan uang walaupun yang mengamen itu
bagus. Soalnya nggak punya uang. Hehehe...
Berbeda dengan ibu saya. Beliau selalu memberikan
beberapa uang logamnya kepada setiap pengamen yang nangkring di pintu angkutan
umum ataupun yang ada di dalam bis kota. Jadi, memang penghasilan pengamen
tergantung penumpang tempat dia mengamen.
Oh ya, pernah ketemu sama pengamen yang sedikit kurang
ajar nggak? Yang waktu habis selesai ngamen, penumpangnya nggak ada yang
memberi uang, trus dia malah ngata-ngatain penumpangnya? Itu tuh contoh
pengamen yang tidak baik. jangan dicontoh ya... *eh
Segitu dulu ya. Mungkin itu saja pendapatku tentang
pengamen yang sering aku temui di angkutan umum. Sampai jumpa di cerita-cerita
berikutnya. Annyeong!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar