Title : Love Is Never Flat 1 (A Girl For My Brother)
Author : LuvDubu | LnY @hnfdn2223
Genre : Family Life, Cruncy Friendship & Sweetly Love
Lenght : 1 of 3
Rating : Teenager
Main cast :
> Lee JinKi
> Lee JiHye
Support cast :
> Choi Sang Ah
> Lee TaeMin
Let’s reading > > >
JiHye PoV
“Habis pulang sekolah nanti, oppa tunggu kamu di depan gerbang sekolahmu
ya...” kata oppa-ku yang protektif, Lee JinKi.
“Ne, oppa... Annyeong...” kataku dengan malas sambil memutuskan panggilan.
“JinKi oppa lagi?” tanya teman sekelasku sekaligus sahabatku sambil
menatapku. Aku hanya mengangguk pelan.
“Udah tahu aku itu sekarang kelas 3 SMA dan sebentar lagi mau kuliah. Tapi
masih aja dijagain kayak anak kecil... Mau ke Mall, harus izin dulu... Mau
belajar kelompok, harus izin dulu... Mau ke pesta juga harus izin dulu...
Huft...” kataku mendengus sambil merebahkan kepalaku keatas meja.
“Sabar aja! Oh ya, kamu udah izin sama oppa kamu buat acara besok?”
“Acara apa? Ahh... Ijeyo! (Aku lupa)” kataku sambil menepuk dahiku. “Aku
akan izin hari ini...”
“Kalau kamu bisa ikut, sms aku ya? Kita berangkat bareng...” kata Sang Ah
sambil mengerlingkan matanya.
Ring ding dong... Ring ding dong...
Bel pun berbunyi menandakan kegiatan belajar mengajar hari ini selesai. Aku
dan Sang Ah langsung berjalan keluar kelas bersama teman-teman sekelasku yang
lain. Dari kejauhan, aku dapat melihat oppa-ku yang sedang bersandar di mobil AUDI
A5 warna silver kesayangannya didekat gerbang sekolah. Selalu on time. Oppa-ku melambaikan tangannya
ketika aku hampir sampai di depan gerbang.
“Bagaimana kegiatan hari ini?” katanya sambil menatapku.
“Baik-baik aja kok...” kataku malas.
“Sepertinya kamu capek banget... A-Yo, buruan masuk ke mobil! Oppa sudah
siapkan makanan kesukaanmu di rumah. Naengmyeon...!” kata oppa-ku dengan
semangat.
“Jeongmalyo? Kajja, oppa!” kataku yang tak sabar ingin menyantap
naengmyeon. “Sang Ah, aku duluan ya... Annyeong...” kataku sambil melambaikan
tanganku. Sang Ah pun melambai kepadaku.
“Annyeong, Sang Ah~ssi...” kata oppa-ku sambil sedikit menundukkan
kepalanya.
“Annyeong, JinKi~ssi...” kata Sang Ah mengikuti gerakan oppa-ku sambil
tersenyum. Aku dan oppa-ku langsung menuju rumah.
JiHye PoV eNd
JinKi PoV
“Habis pulang sekolah nanti, oppa tunggu kamu di depan gerbang sekolahmu
ya...” kataku kepada JiHye, dongsaeng kesayanganku.
“Ne, oppa... Annyeong...” kata JiHye sambil memutuskan panggilan.
Setengah jam kemudian, aku menjemputnya didekat gerbang sekolah. Seperti
biasa, dia keluar kelas dengan sahabatnya dari SMP, Choi Sang Ah. Kulambaikan
tanganku saat JiHye berjalan kearahku. Sepertinya JiHye terlihat sangat lelah.
Aku tahu apa obatnya kalau JiHye seperti itu. Naengmyeon! Ada yang tau apa itu
‘naengmyeon’? Naengmyeon itu mie gandum yang disajikan dengan kuah kaldu sapi
dingin. Benar saja, saat aku bilang kalau aku sudah menyiapkan naengmyeon,
wajahnya langsung terlihat cerah. Dasar dongsaeng-ku ini! Ckckck...
“Oppa~... Naengmyeon ga odieyo?” tanya JiHye setelah berdiri di meja makan.
“Di microwave... Ambil aja. Udah matang kok...” kataku dari dalam kamar,
sedang mengganti baju.
“Wah... Nae naengmyeon...!” kata JiHye yang terdengar senang melihat
makanan kesukaannya. Aku pun segera keluar kamar dan makan naengmyeon
bersamanya.
“Oppa~... Aku ada acara besok. Apa aku boleh ikut?” katanya dengan nada
mengharap setelah kami selesai makan.
“Acara apa?”
“Acara perpisahan kelas soalnya kan tiga bulan lagi sudah lulus-lulusan...”
“Acaranya dari sekolah atau bukan?”
“Sebenarnya sih ini ide teman sekelasku. Tapi ada juga kok guru yang akan
berpartisipasi...”
Aku hanya diam memikirkan permintaan dongsaeng-ku ini.
“Oppa~... Boleh ya? Sang Ah juga ikut kok... Oppa~...”
“Baiklah kalau begitu kau boleh ikut... Tapi oppa akan mengantarmu ke acara
itu...”
“Aku akan berangkat dengan Sang Ah...”
“Kalau begitu berangkat bareng aja...”
“Huft...” kata JiHye sambil menghembuskan nafasnya dan berjalan menuju
kamarnya.
“Hei, JiHye~yah... Waeyo??” kataku heran.
“Aniyo, oppa... Gwaencana...” katanya dari dalam kamar.
JinKi PoV eNd
Author PoV
“Sang Ah... Aku boleh ikut acara itu...” kata JiHye berbicara dengan
sahabatnya lewat handphone setelah dia berbicara dengan JinKi.
“Baguslah kalau begitu...” kata Sang Ah yang sedang asyik internet-an di
depan layar laptop kesayangannya.
“Ne, begitu ku bilang kau juga ikut, oppa-ku langsung mengizinkanku...”
“Jeongmalyo?”
“Ne, tapi oppa akan mengantarkanku ke acara itu. Oppa-ku akan menjemputmu
nanti... Huft... Padahal kan aku mau datang ke acara itu bareng sama TaeMin...”
“Kapan kamu mau ngasih tahu tentang hubunganmu dengan TaeMin ke oppa-mu?
Kalian kan sudah hampir setengah tahun jadian... Apa mau backstreet terus?”
“Maunya sih terang-terangan aja... Tapi kalau oppa-ku tahu aku sudah punya
namjachingu, aku bisa dipecat sebagai dongsaeng kesayangannya... Eotteoke?”
“Aku akan memikirkannya... Sudah dulu ya, sudah larut malam... Annyeong...”
kata Sang Ah mengakhiri pembicaraan.
“Annyeong...” kata JiHye menutup handphonenya.
To, to, to, todoke... To, to, to, to your heart...
Lagu SHINee – To Your Heart mengalun indah dari handphone Sang Ah yang
menandakan ada panggilan masuk lagi. Sang Ah langsung mengambil handphonenya
dan melihat siapa yang menelponnya.
“JinKi oppa?” kata Sang Ah sambil menjawab panggilan itu.
“Yeoboseyo, Sang Ah...” kata JinKi pelan.
“Yeoboseyo, JinKi oppa... Waeyo?” tanya Sang Ah.
“Apa benar besok ada acara perpisahan kelas?”
“Ne, oppa...”
“Apa kau juga akan datang ke acara itu?”
“Ne...”
“Ouwh geurae... Aku dan JiHye akan menjemputmu. Jadi kita berangkat
bersama, gwaencanayo?”
“Ne, oppa. Gwaencana...”
“Baiklah... Sepertinya sudah larut malam... Annyeonghi jumuseyo... Have a nice dream...”
“Annyeonghi jumuseyo, oppa... Have a
nice dream too...” kata Sang Ah sambil menutup handphonenya. “Selalu saja
dia menanyakan tentang dongsaengnya. Sepertinya dia lebih percaya perkataanku
daripada dongsaengnya sendiri. Aku seperti agen mata-mata yang sedang mengawasi
sasarannya... Hahaha...”
Author PoV eNd
JiHye PoV
“Oppa, palli... Acaranya mulai sejam lagi...” kataku sambil menatap layar
handphoneku yang menunjukkan pukul 3p.m.
“Ne... Sebentar lagi...” kata oppa-ku dari dalam kamarnya. Kenapa jadi
oppa-ku yang ribet?
“Nah, A-Yo, nanti telat... Acaranya kan mulai setengah jam lagi...” katanya
sambil menggandeng tanganku. Aish, oppa ini...!
“Oppa, kita kerumah Sang Ah dulu...” kataku mengingatkan saat sudah duduk
disamping oppa-ku.
“Arasseo, chagi~ya...” kata oppa-ku sambil mencubit pipi kiriku dan
melajukan mobilnya.
Sesampainya di rumah Sang Ah, eomma-nya Sang Ah, SunHwa ahjumma
mempersilahkan kami masuk kedalam rumah. Tak lama kemudian, aku melihat Sang Ah
keluar dari kamarnya dan berjalan menghampiriku.
“Mianhaeyo, kalian harus menungguku. A-Yo, kita berangkat! Oh ya, aku
lupa...” kata Sang Ah sambil berjalan keruang keluarga.
Aku terkejut saat Sang Ah menghampiriku lagi. Dia bersama TaeMin!
“JinKi~ssi, JiHye~yah... Bolehkah kalau TaeMin berangkat bersama dengan
kita? TaeMin ini teman sekelasku dan JiHye... Iya kan, JiHye~yah?”
“Ne...” kataku singkat.
Kenapa TaeMin ada di rumah Sang Ah? Apa jangan-jangan...
“Baiklah, A-Yo kita berangkat!” kata oppa-ku langsung berjalan menuju
mobil.
“JiHye~yah, hal ini akan ku jelaskan nanti. Sekarang kau duduk dibelakang
saja dengan TaeMin...” bisik Sang Ah padaku sambil mengerlingkan matanya.
Aku hanya menganggukkan kepalaku. Penasaran campur senang, itu yang
kurasakan sekarang. Senang karena aku bisa duduk bersampingan dengan TaeMin,
namjachingu-ku, didalam mobil oppa-ku!
“JiHye~yah, kenapa kau duduk dibelakang?” tanya oppa-ku bingung.
“Sudahlah, JinKi~ssi... Sepertinya kita sudah telat...” kata Sang Ah sambil
melihat jam tangannya.
“Ne, oppa... Tinggal lima belas menit lagi...” kataku pada oppa-ku.
Akhirnya kami berempat sampai di acara perpisahan kelas. Sepanjang
perjalanan, oppa-ku selalu memperhatikanku, untung saja Sang Ah mengajak JinKi
oppa ngobrol. Jadi aku bisa sedikit lega. Kami pun berjalan menuju gedung yang
telah disewa untuk acara ini.
“Apa oppa...”
“Oppa akan ikut ke dalam...” kata oppa-ku memotong pertanyaanku.
“Tapi oppa...” kataku kesal.
“Sudahlah, JiHye~yah. Gwaencana...” kata TaeMin sambil tersenyum padaku.
Akhirnya aku pun mengiyakan sikap oppa-ku ini.
“JinKi~ssi, kita bertiga mau bergabung dengan teman-teman yang lain.
Gwaencanayo?” tanya Sang Ah pada oppa-ku.
“Ne, gwaencana... JiHye~yah, kau tahu kan tempat dimana aku berada jika kau
ingin menemuiku...” kata oppa-ku yang terlihat senang.
“Ne, oppa...” kataku dengan pelan.
“Memang mau kemana JinKi hyung?” tanya namjachingu-ku ini saat kami berada
jauh dari oppa-ku.
“Di tempat yang ada makanan yang ada serba ayamnya...” kataku malas.
“Ne, oppanya JiHye suka banget sama makanan yang ada ayamnya....” kata Sang
Ah memperjelaskan.
“Jeongmalyo? Berarti kalau aku kerumahmu, aku akan membawa makanan yang ada
ayamnya. Biar hubungan kita nggak backstreet
terus kayak begini...” kata TaeMin senang.
“Ya, nggak begitu juga... Mianhaeyo, oppa. Hubungan kita masih harus
seperti ini...”
“Gwaencana, chagi~ya... Oppa akan berusaha agar JinKi hyung setuju dengan
hubungan kita ini...”
“Oppa~...” kataku terkesima dengan perkataan itu. TaeMin pun langsung
memelukku.
“Ehem... Ehem...” kata Sang Ah berdehem.
“Mianhaeyo, Sang Ah... Kami terlalu senang...” kata TaeMin malu.
“Kalian boleh mesra-mesraan tapi tahu situasi dong... Kalau oppanya JiHye
lihat, eotteoke?”
“Benar juga... Oh ya, kenapa oppa bisa ada dirumahnya Sang Ah? Jelaskan
padaku!” kataku serius.
“Tadinya kan oppa mau berangkat berdua sama kamu. Eh, malah kamu berangkat
bareng sama JinKi hyung...” kata TaeMin serius.
“Terus, aku tawarin TaeMin buat bareng sama kita tanpa dicurigain oppa kamu
itu. TaeMin datang ke rumahku deh...” kata Sang Ah melanjutkan.
“Trus mobil oppa masih dirumah Sang Ah?” tanyaku.
“Aniyo... Mobil oppa ada diparkiran gedung ini. Oppa dateng dulu kesini,
trus naik taksi ke rumah Sang Ah...” kata TaeMin menatapku.
“Oppa sampai berbuat seperti itu demi berangkat bareng denganku?
Saranghaeyo, oppa...” kataku sambil tersenyum manis.
“Ne, na do, chagi~ya..” kata namjachingu-ku ini sambil mengelus rambutku
dengan lembut.
JiHye PoV eNd
Author PoV
“Akhirnya, selesai juga acaranya...” kata JinKi keluar dari ruangan.
“TaeMin~ah, kau ingin pulang bareng dengan kami?” kata Sang Ah basa-basi.
“Jeongmalyo?” kata TaeMin. JinKi langsung memandang TaeMin dengan sinis.
“Aku pulang sendiri saja. Annyeong!” kata TaeMin meninggalkan mereka
bertiga.
“JiHye~yah, TaeMin namja yang baik ya...” kata Sang Ah sambil membuka pintu
belakang mobil.
“Ne, memang baik... Sang Ah, kau duduk didepan aja ya. Soalnya aku ngantuk,
jadi aku mau tiduran, gwaencanayo?” kata JiHye sambil masuk dan tiduran di
kursi belakang. “Temani oppa-ku ngobrol. Aku takut dia akan tertidur jika
bosan...” lanjut JiHye sambil mengeraskan sedikit suaranya.
“Oppa tidak seperti itu! Oh ya, JiHye~yah, nanti kamu mau pulang duluan
atau mau ikut mengantarkan Sang Ah dulu?” tanya JinKi pada dongsaengnya itu.
“Aku mau pulang duluan. Aku ngantuk!” kata JiHye pelan dan tidur.
“Geuraeyo...” kata JinKi masuk kedalam mobil dan menstarter mobilnya itu.
“JiHye~yah, kita sudah sampai dirumah. Kau benar ingin pulang duluan?”
tanya JinKi.
“Ne, oppa...” kata JiHye sambil keluar dari mobil dan langsung masuk
kedalam rumah. JinKi pun langsung mengantarkan Sang Ah kerumah.
“Apa kau lelah?” tanya JinKi tetap fokus menyetir.
“Aniyo, oppa...” kata Sang Ah menatap jalanan yang masih ramai.
“Jeongmalyo? Kelihatannya kamu sedikit lesu...” kata JinKi khawatir.
“Biasa aja kok, oppa. Gwaencana...” kata Sang Ah sambil tersenyum.
“Minumlah ini... Supaya kau tidak terlalu lelah...” kata JinKi sambil
memberikan minuman kaleng rasa cappucino ke Sang Ah.
“Gomawo, oppa...” kata Sang Ah membuka minuman kaleng itu dan meminumnya
sedikit. “Kuliah oppa bagaimana? Apakah ada yang sulit?” tanya Sang Ah menatap JinKi.
“Tidak terlalu, walaupun ada gangsa(dosen) yang suka ngasih tugas banyak
setiap minggunya...” kata JinKi tersenyum.
“Aku jadi nggak sabar ingin kuliah...”
“Belajarlah yang rajin...”
“Ne, seonsaengnim... Hahaha...”
“Sepertinya kita sudah sampai...”
“Ah, benar... Gomawoyo, oppa!” kata Sang Ah hendak turun dari mobil.
“Sang Ah...”
“Ne...?”
“Annyeonghi jumuseyo... Have a nice
dream...”
Sang Ah hanya tersenyum dan masuk kedalam rumahnya.
Author PoV eNd
JinKi PoV
2 bulan kemudian...
Akhir-akhir ini Sang Ah dan TaeMin sering berkunjung kerumahku, lebih
tepatnya berkunjung untuk bertemu dengan JiHye. Awalnya, aku bergabung dengan
mereka. Tapi lama-lama bosan juga soalnya yang mereka bicarakan tentang hal-hal
yang menarik menurut mereka saja. Bahkan aku pernah hanya jadi patung.
Menyedihkan! Akhirnya aku memutuskan untuk mengawasi mereka dari lantai dua
ruang perpustakaan. Aku dapat melihat dengan jelas dari sini. Siapa lagi yang
akan mengawasi mereka kalau bukan aku? Kedua orangtuaku sibuk bolak-balik luar
negeri karena bisnis yang mereka jalani.
Sebenarnya selain mengawasi JiHye, aku juga memperhatikan Sang Ah. Ya, aku
suka dengan yeoja itu. Entah dari kapan. Mungkin saat aku memintanya untuk
menjadi partnerku dalam mengawasi JiHye. Bukan mengawasi seperti yang ku
lakukan tetapi seperti orang yang bisa bersama-sama dengan JiHye saat aku tidak
ada. Apa aku terlalu protektif?
Ku pandangi lagi ketiga anak yang sedang asyik bercerita dibawah sana. Ah
tidak, hanya dua anak saja yang ada disana. Sang Ah odiekayo?
“Oppa, mwohaeyo?” kata Sang Ah yang sudah berdiri dibelakangku. “Apa oppa
mengawasi kami dari sini?” tanyanya penuh selidik.
“Ngg... Sedang apa kamu disini?” kataku salah tingkah.
“Huh... Aku ingin mengembalikan novel ini. Kata JiHye, aku harus menaruh
novel ini ditempatnya semula... Oppa, apa oppa mengawasi kami dari tadi?”
tanyanya serius. Aku bingung harus menjawab apa.
“Sampai kapan oppa ingin mengawasi JiHye terus?” tanyanya yang lebih mirip
protes. Aku pun hanya diam.
“Oppa... lihat kan sebentar lagi JiHye akan lulus SMA... Apa oppa akan
terus seperti ini? Setiap hari aku selalu mendengar keluhan JiHye tentang
oppa... Apa oppa akan mengawasi JiHye sampai tua?!”
“Ya, nggak sampai begitu juga. Tapi...” kataku terhenti bingung ingin
berbicara apa.
“Apa oppa tidak bisa memberikan kepercayaan pada JiHye? Karena oppa, JiHye
harus pacaran secara backstreet
dengan namjachingu-nya...”
“Mwo? JiHye punya namjachingu?” kataku tidak percaya.
“Ne, oppa... Oppa nggak tahu kan? Itu karena JiHye takut kepada oppa...”
Aku tidak percaya dengan yang Sang Ah katakan. Apa kelakuanku berlebihan?
Sampai-sampai JiHye menyembunyikan hal ini.
“Oppa, mianhaeyo kalau aku berbicara seenaknya sendiri... Tapi aku ingin
oppa bisa percaya pada JiHye. Dia juga punya kehidupannya sendiri...” kata Sang
Ah sambil pergi meninggalkanku sendiri. Aku masih shock dengan perkataan Sang
Ah barusan.
Malam harinya, ku ketuk pintu kamar JiHye pelan.
“JiHye~yah, apa kau sudah tidur?” tanyaku dari depan kamarnya.
“Belum, oppa. Waeyo?” kata dongsaeng-ku sambil membuka pintu kamarnya.
“Bisakah oppa bicara denganmu?”
“Ne...” katanya heran. Akhirnya aku dan JiHye duduk dipinggiran tempat
tidur JiHye.
“Apa kamu sudah punya namjachingu?” tanyaku hati-hati. Raut wajah JiHye
langsung berubah cemas.
“Jadi kau sudah punya namjachingu, ya...” kataku pelan. JiHye hanya terdiam
menatap lantai.
“Kenapa kamu nggak bilang sama oppa?”. Mendengar perkataanku, JiHye
langsung membulatkan matanya dan menatapku.
“Apa kau takut dengan oppa?” kataku lemas.
“Mmm... aku memang sudah punya namjachingu. Mianhaeyo, oppa! Aku nggak
pernah bilang sama oppa. Aku takut cerita sama oppa. Aku takut oppa mengusir
namjachingu-ku seperti waktu oppa mengusir teman-teman namjaku saat mereka
ingin belajar bersama disini sewaktu SMP... Jadi aku belum bisa bilang sama
oppa...”
“Sudah berapa lama kamu pacaran?”
“Tujuh bulan lebih...”
“Mwo? Selama itu?” kataku kaget.
“Ne... Hump...” kata JiHye menahan tawanya.
“Oppa ingin bertemu dengannya...”
“Oppa sudah sering bertemu dengannya...”
“Oppa belum pernah ketemu namjachingu-mu. Palingan hanya Taemin, namja yang
deket sama kamu...”
“Ne, namjachingu-ku kan TaeMin, oppa...”
“Mwo? Jadi namja kurus yang wajahnya kayak yeoja itu namjachingu-mu?
Aigo... Oppa kira dia itu...”
“Oppa kira dia itu apa?”
“Aniyo... Besok suruh TaeMin kesini. Oppa mau bicara sama dia...”
“Tapi jangan usir dia ya, oppa?” kata JiHye menatapku dengan kitten eyes-nya.
“Ne... Tapi mulai sekarang kamu harus cerita-cerita sama oppa ya. Jangan
sembunyi-sembunyi seperti ini...”
“Ne, oppa...”
“Ya sudah, kamu tidur sana. Oppa akan mematikan lampunya...”
“Oppa...”
“Ne...?”
“Gomawoyo...”
Aku pun hanya tersenyum pada dongsaeng-ku ini.
JinKi PoV eNd
Author PoV
JiHye terlihat panik saat melihat JinKi dan TaeMin berbicara berdua di
ruang tamu. JinKi menyuruh JiHye untuk melihat mereka dari perpustakaan di
lantai dua. Sang Ah mencoba menenangkan sahabatnya itu bahwa semuanya akan
baik-baik saja. Mereka berdua langsung keluar dari perpustakaan waktu JinKi
memberi isyarat agar mereka berdua turun. JiHye langsung berlari kecil
menghampiri TaeMin.
“Oppa, gwaencanayo? Oppa-ku nggak nyakitin oppa kan?” kata JiHye sambil
memastikan keadaan TaeMin.
“Gwaencana, chagi~ya... JinKi hyung hanya menanyakan apa aku sungguh-sungguh
denganmu. Trus JinKi hyung bilang kalau dia ingin aku menggantikannya untuk
mengawasimu...” kata TaeMin tenang.
“Jeongmalyo? Oppa-ku mengatakan hal itu padamu?” kata JiHye tak percaya.
“Memangnya kau berpikir oppa-mu ini akan menerkam namjachingu-mu itu,
hah?!” kata JinKi pura-pura emosi.
JiHye hanya cengengesan dengan sikap oppanya itu.
“JiHye~yah, sepertinya aku harus segera pulang. Ada yang harus kukerjakan
dirumah. Yeorobun, annyeong...!” kata Sang Ah menatap JinKi sekilas dan
berjalan ke pintu depan rumah JiHye.
“Oh ya JiHye, hari ini oppa ada kuliah. Oppa berangkat dulu ya. Awas kalian
berdua jangan macem-macem...!” kata JinKi keluar dari rumah.
“Ne, hyung...!” kata TaeMin dengan keras. “Chagi~ya, jadi kita bertiga akan
kuliah di Korea University?” kata TaeMin senang.
“Bertiga dengan oppa-ku kan?” tanya JiHye.
“Aniyo, bertiga dengan Sang Ah...”
“Katanya Sang Ah mau kuliah di Chungwoon University”
“Jinjja? Padahal kita bertiga sudah lulus tes masuk...Jadi kamu bakalan
jauh dong dari sahabat kamu...”
“Ne, katanya besok Sang Ah berangkat...” kata JiHye lemas.
“Besok kita kerumah Sang Ah yuk?” kata TaeMin sambil tersenyum.
“Ne...” kata JiHye sambil membalas senyum seraya menganggukkan kepalanya.
Keesokkan harinya...
“JiHye~yah, kau mau kemana?” tanya JinKi saat JiHye ingin keluar rumah
dengan pakaian yang rapi.
“Aku mau kerumah Sang Ah...”
“Ouwh, hati-hati di jalan ya...”
“Oppa nggak mau ikut?”
“Sejam lagi oppa ada kuliah. Sebentar lagi mau berangkat...”
“Ya sudah, aku berangkat dulu ya! Annyeong, oppa...”
“Annyeong, JiHye~yah...”
Akhirnya JiHye dan TaeMin sampai dirumah Sang Ah. Mereka melihat Sang Ah
keluar rumahnya dengan membawa sebuah koper besar.
“Sang Ah...!” panggil JiHye menghampiri Sang Ah.
“Ne, JiHye... Waeyo?” tanya Sang Ah heran.
“Kenapa kamu nggak bilang mau ke Hongseong jam segini? Aku kira kamu mau
berangkat sore...”
“Aku buru-buru soalnya. Sebentar lagi juga SeRa ahjumma akan menjemputku...
Nah, sepertinya itu mobilnya SeRa ahjumma... Aku berangkat dulu ya... Annyeong,
JiHye~yah... Annyeong, TaeMin~ah... Sampai jumpa...” kata Sang Ah sambil masuk
kedalam mobil.
“JiHye~yah, tumben Sang Ah nggak main kesini lagi. Mungkin udah seminggu
lebih...” kata JinKi sambil meminum jus jeruknya saat sarapan.
“Soalnya dia kan sudah tinggal di Hongseong sekarang...” kata JiHye sambil
melahap roti bakarnya.
Uhuk... uhuk..
JinKi terbatuk mendengar perkataan JiHye.
“Oppa, gwaencanayo?” tanya JiHye khawatir.
“Sejak kapan Sang Ah tinggal di Hongseong?” kata JinKi penasaran.
“Oppa ingat waktu seminggu yang lalu waktu aku ingin kerumah Sang Ah? Nah,
itu hari saat Sang Ah pindah...”
“Kenapa kamu nggak bilang?”
“Aku juga nggak tahu. Soalnya dia terburu-buru”
“Aish...” kata JinKi berjalan kekamarnya.
“Oppa...” kata JiHye heran dengan sikap oppanya.
Dikamar, JinKi langsung mengambil handphonenya dan menelpon seseorang.
“Yeoboseyo...” kata seorang yeoja diujung telepon.
“Yeoboseyo... Sang Ah, kenapa kamu nggak bilang kalau kamu pergi ke
Hongseong?”
“Memangnya kenapa?”
“Aku khawatir padamu...”
“...”
“Sang Ah, apa kamu akan terus tinggal di Hongseong?”
“Molla, oppa... Kalau aku betah, aku akan tinggal terus disini. Waeyo?”
“Kembalilah ke Seoul...”
“Waeyo?”
“Karena aku...”
Tuut... Tuut... Tuut...
Panggilan JinKi terputus tanpa sebab. Padahal handphone JinKi masih aktif,
pulsanya masih mencukupi. Kenapa bisa terputus? Apa mungkin...
“Karena aku nggak bisa jauh dari kamu, Sang Ah...” kata JinKi lirih. “Apa
dia membenciku?” kata JinKi pelan sambil berbaring di tempat tidurnya.
Enam bulan kemudian...
“Nanti sore kita ketemuan di Cafe House
of Ice, ya?” kata JiHye dengan senang sambil meletakkan gagang telepon
ditempatnya.
“Senang banget kayaknya... Udah ketemuan setiap hari juga...” kata JinKi
menggoda dongsaeng-nya itu. JiHye hanya tersenyum nggak jelas.
“Oppa, nanti sore anterin aku ke Cafe
House of Ice, ya?” kata JiHye dengan nada mengharap.
“Ne, kebetulan oppa nggak ada jadwal kuliah hari ini...”
Sesampainya di Cafe House of Ice,
JiHye menyuruh oppanya untuk mencari tempat duduk no.6, tempat duduk yang sudah
dipesan oleh TaeMin. Sementara JiHye menunggu TaeMin di luar cafe.
“JiHye~yah, kau sudah datang...” kata seorang yeoja yang duduk membelakangi
JinKi. Yeoja itu pun menoleh kearah suara langkah sepatu yang mendekatinya.
“Sang Ah...” kata JinKi terkejut.
“JinKi oppa... Aku kira JiHye... JiHye odieyo?” tanya Sang Ah pada JinKi
dengan santai. JinKi masih terdiam di tempatnya, masih tak percaya, yeoja yang
ia suka kini ada dihadapannya setelah enam bulan tidak bertemu.
“JinKi oppa... Apa oppa baik-baik saja?” kata Sang Ah bangun dari tempat
duduknya dan menghampiri JinKi yang berdiri mematung. JinKi langsung memeluk Sang
Ah.
“Oppa...” kata Sang Ah mencoba melepas pelukan Sang Ah.
“Kajimayo... Kajimayo...” kata JinKi pelan di telinga Sang Ah. Sang Ah
terdiam dalam pelukan JinKi.
“Kau tahu rasanya perasaanku saat kau pergi tanpa memberitahu aku. Hatiku
sakit! Aku coba untuk menghubungimu tapi nomor handphonemu tidak aktif. Apa kau
membenciku?” kata JinKi dengan mengeluarkan rasa yang ia rasakan selama ini.
“Oppa, mianhaeyo aku sudah membuat hati oppa sakit. Aku nggak bermaksud
seperti itu. Sungguh...” kata Sang Ah mencoba menjelaskan. JinKi pun melepas
pelukannya.
“Dashi kajimayo! Jebal...” kata JinKi menatap kedua mata Sang Ah. Sang Ah
pun menganggukkan kepalanya.
“Saranghaeyo, Sang Ah...” kata JinKi sambil mencium kening Sang Ah. Sang Ah
terkejut saat JinKi mencium keningnya.
“Na do, oppa...” kata Sang Ah sambil tersenyum. JinKi pun kembali mencium
kening, pipi dan...
“Oppa... Sang Ah... Kalian pacaran...?” kata JiHye yang berdiri dibelakang JinKi.
JinKi dan Sang Ah hanya tersenyum malu.
“Sudahlah JiHye~yah... Oh ya, A-Yo, kita duduk! Kenapa pada berdiri semua?”
kata TaeMin sambil duduk di kursi. “Oh ya, Sang Ah... Katanya mulai besok kamu
sudah masuk ke Korea University?” lanjut TaeMin.
“Ne, seharusnya sih tiga bulan yang lalu, tapi ada berkas-berkas yang sulit
untuk diurus. Jadinya baru sekarang aku masuk...”
“Trus kenapa kamu pindah dari Hongseong?” tanya JiHye penasaran.
“Soalnya aku nggak terlalu betah disana. Ada banyak kenangan yang disini.
Jadi aku nggak ingin meninggalkannya...” kata Sang Ah sambil menengok ke JinKi.
JinKi pun hanya tersenyum.
“Jadi, Sang Ah bakalan jadi kakak iparku dong...?” kata JiHye menengok ke TaeMin.
“Mwo? Itu masih lama...” kata Sang Ah tertunduk malu.
“Kalau mau dipercepat juga bisa kan, oppa?” tanya JiHye pada JinKi.
“Ne...” kata JinKi sambil menggoda Sang Ah.
“JiHye~yah... JinKi oppa...” kata Sang Ah sambil mengerucutkan bibirnya. JinKi,
JiHye dan TaeMin pun tertawa bersama.
-: tHe eNd :-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar