Senin, April 09, 2012

120327 : Semoga nenekku diterima disisi-Nya...


Hari ini hari kematian nenekku. Ibu dari bapakku. Berita itu datang saat aku sedang mendengarkan musik dari laptop. Tiba-tiba handphoneku berdering. Ternyata bapakku menelepon. Beliau sedang ada di Yogyakarta menjenguk ibunya yang sedang sakit. Aku pun langsung menjawab panggilan itu.

“Halo, pak...” kataku.
“Anip, lagi dimana?” kata bapakku dengan pelan.
“Lagi dirumah...”
“Ada ibu nggak?”
“Ada, lagi di dapur? Kenapa?”
“Si mbah baru meninggal barusan...” kata bapakku yang terdengar lemas.


Aku pun terdiam sejenak.

“Ooow... Terus bapak pulangnya masih lama, ya?”

Tanpa menjawab pertanyaanku, bapakku pun langsung menutup telepon. Bodohnya aku! Yang bisa-bisa berkata seperti itu saat bapakku sedang sedih disana. Entah aku harus bagaimana. Disatu sisi, aku sedih karena nenekku meninggal. Tapi disatu sisi, aku merasa bahagia karena akhirnya nenekku bisa tenang juga. Sudah setengah tahun lebih, nenekku melawan penyakit tuanya itu.

Sekitar enam atau tujuh bulan yang lalu, aku menjenguk nenekku bersama bude’, kakaknya bapakku. Saat itu kondisi nenekku masih mendingan. Nenek masih bisa makan sendiri, masih bisa ngenalin orang yang dia ajak ngobrol, walaupun dia hanya bisa melakukan segala hal di tempat tidurnya. Sekitar tiga bulan yang lalu, aku pergi ke Yogyakarta lagi bersama ibuku. Sebenarnya ingin langsung ke Klaten, tempat ibuku tinggal dulu. Tapi mengetahui kondisi mertuanya yang sedang sakit, ibu mengajakku untuk menengok si mbah.

Sungguh aku shock! Kondisi nenekku turun drastis. Beliau sudah tidak bisa apa-apa lagi. Beliau hanya bisa makan bubur. Itupun harus disuapi oleh Le’ Rum, adiknya bapakku. Tubuh nenekku sangat kurus seperti tinggal tulang dan kulit tubuhnya dibaluri dengan salep karena kulitnya suka kayak seperti melepuh.
Beliau juga sudah sulit mengenali orang yang ada di sekitarnya. Kalau beliau ingat pun itu hanya sebentar. Beliau pun hanya ingat dengan anak-anaknya saja. Miris banget melihat nenekku seperti itu. Ingin rasanya aku menangis saat itu, tapi aku tahan karena aku tidak mau menangis di depan beliau. Mungkin nenekku sendiri sudah sangat menderita dengan penyakit yang sudah dideritanya.

Ibuku pun mencoba mengajak ngobrol nenekku. Sedikit-sedikit nenekku mengerti apa yang ibuku bicarakan. Saat ibuku bilang, “Mbah, mau ngobrol sama Nowo (nama bapakku, Marnawa)?”. Nenekku langsung menganggukkan kepalanya. Kelihatannya beliau senang. Ibuku langsung mencoba menghubungi bapakku lewat handphone. Bapakku pun menjawab telepon itu. Nenekku tidak bisa berkata apapun saat salah satu anak laki-lakinya itu memanggilnya. Karena nenekku tidak berkata apapun, akhirnya bapakku menutup teleponnya. Kulihat ada guratan kangen di wajah nenekku yang merindukan anak-anaknya yang sudah lama tidak pulang ke Yogyakarta.

Akhirnya Jumat kemarin, ketiga anaknya nenekku yaitu bapakku, Bude’ Robi dan Pakde’ Sahikan yang pada tinggal di daerah ibu kota, pada pulang semua ke Yogyakarta untuk menjenguk nenekku yang sakitnya sudah makin parah. Mungkin (menurutku) waktu tiga hari itu sudah cukup bagi nenekku untuk bisa berkumpul bersama dengan anak-anaknya lagi karena di hari ini, tanggal 27 Maret 2012, nenekku menghembuskan nafas terakhirnya sebelum adzan maghrib berkumandang.

Selamat jalan, nenekku. Semoga diterima disisi-Nya dan di tempatkan di tempat yang mulia disana. Amin.....

Nb : dan di hari ini juga adalah hari ulang tahun Ibuku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar