Minggu, Mei 13, 2012

FanFiction (SHINee) : My Dream Comes True


Author : Hanifidiani LuvDubu
Genre : Cruncy Romance
Lenght : One shoot
Main Cast :
> Kim Jonghyun
> Shin EunKyo
Support Cast :
> Choi Minho
> Kim Kibum a.k.a. Key
> Seo JuHyun a.k.a. SeoHyun
> Lee Taemin
> Choi Siwon
> Goo Hara
> HaJin ahjumma



Happy Reading >>>>>



“Oppa, apa benar oppa sangat mencintaiku?” tanya yeoja yang sedang bersandar di belakang punggungku.
“Kenapa kamu bertanya seperti itu, jagiya?” kataku heran.
“Aku ingin tahu saja, oppa... Soalnya akhir-akhir ini aku merasa oppa menjauh dariku...” katanya lirih. Ku balikkan badanku dan ku pegang kedua bahunya dengan tanganku. Ku tatap matanya yang mulai sendu.
“Jagiya, aku sangat mencintaimu, aku sangat menyayangimu, nggak akan ada seorang pun yang bisa menggantikanmu... Saranghae, jagiya!” kataku sambil memeluk yeoja yang sangat ku sayangi itu.
“Ne, oppa ! Aku harap kita bisa bersama seperti ini selamanya!” kata yeoja yang ku sayang sambil membenamkan kepalanya di dadaku. Ku peluk erat dirinya, seakan aku tidak ingin melepaskannya walau sedetikpun.


“Joooonghyuuun~ah..... Bangun!!! Kamu mau pergi ke kampus nggak sih? Udah siang tahu...”
“Ne, eomma... Aku bangun!” kataku membalas perkataan eomma~ku.

Huft, kenapa eomma membangunkanku sih? Padahal hanya dalam mimpi aku bisa bertemu dengannya dan memeluknya dengan erat. Aku begitu merindukannya. Merindukan senyumnya, tawanya, wajahnya, sikapnya, pokoknya semua yang ada dalam dirinya. Sudah 2 tahun aku tidak bertemu dengannya. EunKyo, bagaimana kabarmu disana? Apa kamu baik-baik saja? Aku disini masih menunggumu pulang. Aku hanya ingin melihat senyummu yang lembut seperti kapas, walaupun mungkin senyummu itu bukan untukku lagi. Ah.. Masih teringat jelas semua kenangan tentangmu di benakku.


~***Flashback***~

2 tahun yang lalu...
-Siang hari di taman belakang sekolah-

“Jagiya, hari ini kita mau kemana?” kataku pada seorang yeoja yang duduk di sampingku sambil tersenyum manis padanya.
“Oppa, aku lagi ingin melihat bintang yang sedang bersinar dengan indah” katanya sambil menyandarkan kepalanya di pundak kananku.
“Mwo? Tapi ini kan masih siang. Mana ada bintang di siang hari? Bintang kan adanya hanya di malam hari” kataku bingung.
“Oppa, ada kok bintang yang seperti itu. Bahkan bintang itu selalu bersinar sepanjang hari...” katanya dengan imut. Aku hanya menatapnya heran. Mana ada bintang yang bersinar sepanjang hari?
“Hahaha... oppa bingung ya... Bintang yang selalu bersinar sepanjang hari itu adalah oppa, Kim Jonghyun! Oppa selalu menyinari hari-hariku dengan sinar kebahagiaan. Aku selalu nyaman jika oppa ada di sampingku”.

Bluush~~

Sekejap wajahku memerah karena mendengar perkataannya tadi. Dia memang yeoja yang hebat. Hanya dia yeoja yang bisa membuat perasaanku menjadi nggak karuan seperti ini. Memang nggak salah aku memilihmu, EunKyo.

“Wuah, wajah oppa memerah...” katanya sambil memegang kedua pipiku dengan tangannya yang lembut.
“Jagiya... sudah... sudah...” kataku sambil memalingkan wajahku dan memegang kedua tangannya.
“Oppa...” katanya terputus saat handphonenya berbunyi.

Fly high! So fly high! So fly high! Go! To the sky!
Fly high! So fly high! So fly high! Go! To the sky!

“Yeoboseyo..... Ne..... Mwo?..... Aku akan kesana sekarang..... Annyeong!!” katanya sambil menutup handphonenya.
“Oppa, mianhaeyo... Tadi Onew ngasih tahu aku kalo aku harus latihan drama sekarang...” katanya pelan. Ya, EunKyo memang anggota drama di sekolahku. Dia adalah pemain drama yang hebat.
“Ya sudah, kebetulan juga aku ada latihan basket. Jadi sehabis latihan basket, aku akan menjemputmu di ruang drama, ok?” kataku sambil mengerlingkan mataku.
“Ne, oppa! Aku duluan ya!” katanya sambil melambaikan tangannya dan pergi meninggalkanku di taman sekolah yang sepi ini.

~***Flashback eNd***~


Aku bangun dari tempat tidurku dan berjalan kekamar mandi. Setelah selesai mandi, aku memilih pakaian yang akan ku pakai hari ini. Emm... mungkin ini bagus. Mungkin EunKyo akan senang melihatku mengenakan pakaian ini.

Deeg... EunKyo?

“Jonghyun~ah, pabo sekali kau! Mana mungkin kau akan bertemu EunKyo?” kataku lirih sambil memegang dadaku. Terasa sakit dan perih. Aku begitu merindukanmu EunKyo~yah... Aku sangat tersiksa dengan perasaan ini.

Ku berjalan keluar kamar setelah mengenakan baju yang aku inginkan. Ku berjalan kearah ruang makan dan mengambil selembar roti yang sudah diolesi selai coklat. Ku langkahkan kakiku keluar rumah.

“Eomma, aku berangkat kuliah dulu!” kataku sambil berjalan meninggalkan rumahku.

Aku pergi ke kampus dengan menaiki bus. Setelah menunggu sekitar lima belas menit, bus itu pun datang. Aku langsung naik ke bus itu dan duduk di bangku belakang dekat jendela. Ku pandangi pemandangan pagi ini dari balik jendela. Rasa ngantuk mulai menyerangku lagi. Ku pejamkan mataku, berharap bisa bertemu denganmu lagi.


~***Flashback***~

“Oppa, hari ini aku ada latihan drama lagi karena sebulan lagi aku akan mengikuti pentas drama antar-SMA” kata EunKyo sambil menggelayuti tangan kananku.
“Wah, hebat! Semoga kamu berhasil ya! Aku akan selalu mendukungmu, jagiya!” kataku sambil mengusap rambutnya yang lembut.
“Ne, oppa! Oppa juga harus berjuang. Kan sebulan lagi, oppa juga harus mengikuti pertandingan basket antar-SMA juga” katanya sambil tersenyum padaku. Ah... senyumnya manis banget sih! Aku hanya menganggukkan kepalaku sambil tersenyum kepadanya. Kulihat ada seorang namja yang menghampiriku. Ternyata dia adalah Onew hyung, ketua klub drama sekolahku.
“EunKyo~yah, hari ini kita ada latihan lagi!” kata Onew memandang EunKyo.
“Ne, oppa!” kata EunKyo singkat.
“Jonghyun~ah, mianhaeyo, aku harus membawa EunKyo ke ruang drama sekarang...” kata Onew sambil menarik pergelangan tangan EunKyo. Aku hanya mengangguk pelan. Sebenarnya aku nggak rela Onew hyung menggandeng tangan EunKyo, apalagi katanya Onew hyung pernah menyatakan cintanya kepada EunKyo walaupun EunKyo menolaknya. Tapi aku harus berpikir positif, karena aku tahu EunKyo hanya mencintaiku dan aku harus percaya padanya.

~***Flashback eNd***~


Kubuka mataku perlahan dan kukucek pelan. Wuah, sudah mau sampe kampus. Ku persiapkan diriku untuk turun dari bus. Akhirnya aku sampai di Inha University. Ku sapa teman-temanku yang juga menyapaku. Ya, aku memang namja populer di kampus. Pemain andalan tim basket kampusku, ya pokoknya bisa di bilang aku adalah salah satu dari pangeran di kampusku.

Ku berjalan kearah kelasku dan mulai masuk kedalamnya. Ku rebahkan kepalaku keatas meja dan mulai memejamkan mataku lagi. Ya, masih berharap aku bisa bertemu dengannya lagi.


~***Flashback***~

“Oppa, akhir-akhir ini aku merasa sekarang kita jarang ketemu ya? Apa mungkin ini hanya perasaanku saja?” kata yeoja manis yang sedang membalik lembar perlembar bukunya.
“Mungkin karena kita sibuk dengan urusan kita. Aku sibuk dengan ekskul basketku karena seminggu lagi aku akan tanding. Kamu juga sibuk karena kamu harus latihan drama karena seminggu lagi kamu akan pentas drama, ya kan?” kataku sambil merangkul pundaknya.
“Oppa, apa aku harus keluar dari klub drama supaya aku bisa selalu bersama dengan oppa?” katanya sambil menatap lurus ke depan.
“Kamu nggak boleh kayak gitu! Kamu kan ingin menjadi pemain drama yang profesional. Lagian pula walaupun kita jarang ketemu, kita masih bisa saling menelponan dan sms’an, ya kan?” kataku sambil menggenggam tangannya dengan erat.
“Ne, oppa benar! Kita akan terus bersama walaupun kita ada dalam masalah... Oppa akan selalu di hatiku...”

~***Flashback end***~


Bruukk...

Seseorang memukul kepalaku dengan buku tulis. Ku usap-usap kepalaku yang nyeri sambil memandang orang yang ada didepanku.

“Minho~yah, apa yang kau lakukan? Sakit tahu... Dasar hubae (junior) kurang ajar! Aish...” kataku kesal.
“Hey, Jonghyun hyung! Bangun! Jangan tidur mulu! A-Yo, sekarang kita latihan basket! Hyung tahu kan kalo seminggu lagi kita akan tanding basket melawan Kyunghee University. Hyung kan tingkat 2 tapi malas-malasan! Aku saja yang masih tingkat satu, semangat banget nih” kata Minho menceramahiku. Ku lirik jam tangan warna hijau yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Wuah, ternyata sudah 2 jam aku tertidur di kelas. Sepertinya Mr. Kim nggak ngajar hari ini.
“Ne! A-Yo, sekarang kita latihan!” kataku sambil merangkul pundak Minho dan pergi keluar kelas.


Terdengar riuh teriakan yeoja-yeoja yang ada di pinggir lapangan. Mereka sedang menyemangati pemain-pemain basket yang sedang latihan. Menurutku mereka hanya menggangu saja, berisik !

“Jonghyun oppa, saranghae...! Jjong oppa... Jonghyun oppa... Kyaaaa~...” teriak yeoja-yeoja itu membuat kepalaku pusing.
“Jonghyun hyung, gwaencanayo? Sepertinya muka hyung pucat” tanya Minho menatapku heran.
“Gwaencana! Aku hanya sedikit pusing” kataku sambil memegang kepalaku.
“Ya sudah, kalo gitu, latihan cukup untuk hari ini. Sebaiknya hyung istirahat saja di ruang kesehatan. Aku mau pergi dulu ya! Annyeong!” kata Minho meninggalkan ku di pinggir lapangan.


~***Flashback***~

Muuachh...

Ku buka mataku dan ku kucek perlahan. Ku pandang seseorang yang duduk disampingku.

“Sedang apa kau disini? Kenapa kau menciumku?” kataku gelagapan ketika yang mencium bibirku tadi adalah Seohyun, asisten manager klub basket. Aku tahu kalo dia menyukaiku tapi aku nggak nyangka dia akan berbuat hal ini.
“Aku hanya ingin kau tahu kalo aku mencintaimu, Jonghyun. Aku selalu menyayangimu. Kenapa sih kamu nggak pernah sadar? Kenapa kamu selalu memilih untuk bersama yeoja pabo itu?” katanya berusaha untuk memelukku.
“Aish... apa yang kau perbuat, Seohyun! Kau tahu kan kalo kau itu yeojachingu~nya Key... Kenapa kau berbuat hal seperti ini?” kataku berusaha menjauhinya. Tapi dia malah mendekatiku dan berusaha untuk memelukku.
“Aku tidak mencintai Key oppa, aku mencintaimu, Jonghyun oppa. Dia itu hanya memikirkan dirinya sendiri” katanya sambil menggodaku. Aku dorong dirinya sampai jatuh tersungkur ke atas lantai. Ku lihat Seohyun meringis kesakitan. Karena merasa nggak tega, aku pun mendekatinya dan mencoba membantunya. Tapi Seohyun malah menarik wajahku dan mencium bibirku.

Braaakkk...!!!

Terdengar pintu ruang ganti klub basket terbanting keras. Sekejap, aku langsung menolehkan kepalaku dan melepas rangkulan Seohyun. Kulihat Key berdiri di depan pintu dengan wajah yang kesal. Aigo! Ternyata EunKyo ada di belakangnya Key.

“Apa yang kalian berdua lakukan disini??!!” kata Key dengan suaranya yang nyaring. EunKyo hanya menatap sedih kearahku dan berlari pergi. Ku lepas genggaman tangan  Seohyun dan berlari mengejar EunKyo.

“EunKyo~yah...” teriakku sambil berlari. Karena lariku lebih cepat daripada dia, aku langsung menggenggam tangan kanannya.
“EunKyo~yah, jebal... Tataplah aku! Aku ingin menjelaskanmu hal tadi...” kataku memohon padanya. Terdengar pelan isakan tangis dari diri EunKyo. Dia langsung menoleh kepadaku sambil menyeka air matanya dan tersenyum tipis.
“Oppa nggak usah ngejelasin apapun. Aku percaya sama oppa karena hanya aku yang oppa cintai. Aku tahu kalo Seohyun eonni memang menyukai oppa. Mianhaeyo, aku tadi hanya kaget melihat kejadian tadi dan tanpa sadar aku langsung pergi. Paboya... Hehehe...” katanya sambil tertawa pelan. Aku langsung menariknya kedalam pelukanku.
“Aniyo, EunKyo~yah... Aku yang salah karena sudah membuatmu seperti ini. Seharusnya aku menjauhi Seohyun karena dia menyukaiku. Tapi aku malah tidak menjauhinya”
“Amogeotdo aniyo, oppa...” katanya sambil tersenyum padaku.

~***Flashback eNd***~


“Yah, ternyata kau lagi, Jonghyun~ah... Jam segini kamu pasti sudah tiduran disini...”
“HaJin ahjumma yang baik, ruang kesehatan kan memang tempat untuk orang yang ingin istirahat” kataku cengengesan kepada guru yang menjaga ruang kesehatan.
“Ya, memang tempat ini untuk tempat istirahat, tapi tidak untuk orang sepertimu. Setiap hari, pasti kamu selalu dateng kesini” kata HaJin ahjumma sambil membawa kotak obat.
“Ya kan, aku memang butuh istirahat setiap hari”
“Kau masih memikirkan yeoja itu? Special apa sih dia sampai membuatmu seperti ini?”
“Sangat special!” kataku dengan mantap. Ya, aku memang sering berbicara dengan HaJin ahjumma tentang EunKyo, walaupun aku nggak pernah menyebutkan nama yeoja yang kusayangi itu.
“Daripada menunggu yang nggak pasti, mendingan kamu terima saja tuh salah satu dari yeoja-yeoja kampus yang menyatakan cintanya padamu”
“Ahjumma, nggak ada yang lebih special dari dia...”
“Huh, dasar! Namja pabo! Pulang sana! Kau tahu ini sudah jam empat sore”
“Mwo?? Hahaha... Aku ketiduran lagi ternyata... Yasudah, aku pulang dulu ya, HaJin ahjumma... Annyeong!” kataku sambil berjalan meninggalkan ruang kesehatan.


“Huft, udah malem ternyata... EunKyo~yah, apakah malam ini aku akan memimpikanmu lagi? Jika ya, aku ingin terus bermimpi sepanjang hari agar aku bisa terus bersamamu...” kataku tersenyum memandang langit malam yang indah.
“EunKyo~yah, apa kamu juga melihat langit malam ini? Begitu banyak bintang bertebaran. Kau pasti suka melihat bintang-bintang ini... Hoaamm... Tidur, ah...!” kataku sambil menguap dan berbaring diatas kasur tempat tidurku yang empuk.


~***Flashback***~

“Oppa...!!!”

Aku langsung menolehkan kepalaku kearah sumber suara yang memanggilku. Aigo, itu EunKyo! Katanya dia ingin latihan drama, tapi kenapa dia ada disini?
“Oppa, ternyata memang benar berita-berita itu. Oppa memang jadian kan sama Seohyun eonni?” katanya sambil berlari menghilang dari pandanganku.

Sial! Kenapa sih EunKyo yang memergokiku berduaan dengan Seohyun? Aku langsung berlari mencarinya. Kemana sih dia? Kenapa dia menghilang dengat cepat seperti itu? Ahh, aku tahu dia dimana.

Aku langsung berlari ke ruang drama. Ya, ternyata benar dia ada disana, tapi... Dia lagi menangis dipelukannya Onew hyung. Arrggghhh....

“EunKyo~yah, ikut aku!” kataku sambil menarik tangan EunKyo.
“Apa yang kau lakukan, Jonghyun~ah?!” kata Onew dengan nada meninggi.
“Ini bukan urusanmu, hyung!” kataku sambil menarik EunKyo keluar dari ruang drama menuju atap sekolah.
“Oppa, lepas... Lepasin tanganku... Sakit tahu!” katanya memberontak. Kulepaskan tangannya dan menatap matanya. Kulihat aura amarah menghiasi matanya yang bening.
“Mianhaeyo, jagiya... Itu nggak seperti yang kamu pikirkan... Aku dan Seohyun hanya...”
“Hanya apa, oppa? Bukan hari ini saja oppa seperi itu! Ini udah terlalu sering aku melihat oppa bermesraan dengan Seohyun eonni, apalagi waktu Seohyun eonni putus dengan Key oppa! Aku sudah nggak bisa mempertahankan hubungan kita ini, oppa! Berbahagialah oppa dengan Seohyun eonni !” kata EunKyo berlari meninggalkanku yang masih berdiri mematung. Entah kenapa tubuhku menjadi kaku seperti ini. Aku hanya melihatnya pergi dan menghilang dari hadapanku.


Keesokkan harinya.....

Kucari dirinya di penjuru sekolah tapi hasilnya nihil. Aku tak menemukan sosok yang kucari itu. Kuhubungi dia, tapi handphonenya nggak aktif. Aish,,, EunKyo~yah, neon eodieyo?

“Jonghyun hyung, tadi Onew hyung mencarimu di kelas” kata Taemin menepuk pundakku.
“Ada apa dia mencariku?”

Taemin hanya mengangkat kedua bahunya, tanda nggak tahu. Aku pun langsung melesat pergi dari ruang klub basket ke kelasku. Sampainya di kelas, kudapati Onew yang lagi berdiri di depan pintu kelasku. Ku hampiri dia dengan wajah yang heran.

“Dia hanya meninggalkan ini untukmu” kata Onew sambil menyerahkan sebuah surat kepadaku. Aku nggak mengerti dengan maksudnya dan hanya menatap surat itu.
“Bacalah, mungkin nanti kau akan mengerti...” kata Onew sambil duduk disebelahku. Aku langsung membuka surat itu. Ternyata surat ini dari EunKyo.


To : My Star

Oppa, mungkin saat oppa membaca surat ini, aku sudah pergi meninggalkan Korea, tempat yang penuh dengan kenangan. Hari ini aku berangkat ke Perancis karena appa~ku mendapat pekerjaan disana. Jadi, keluargaku pun ikut pindah ke Perancis. Aku nggak tahu kapan aku akan kembali ke Korea lagi.
Oppa, jeongmal kamsaderimnida! Oppa udah menghiasi hari-hariku walaupun akhirnya malah jadi seperti ini...
Jaga diri oppa baik2 ya... Carilah yeoja yang lebih baik daripada aku... Berbahagialah dengannya! Aku mohon oppa jangan menungguku!
Annyeong, nae byeol!

EunKyo <3


“Kenapa kau meninggalkanku seperti ini, EunKyo~yah? Kenapa?” kataku sambil meneteskan air mataku. Cengeng? Ya, aku memang cengeng karena yeoja yang aku cintai pergi meninggalkanku pada saat yang tidak tepat.
“Jonghyun~ah, sebenarnya EunKyo ingin bilang ke kamu seminggu yang lalu, tapi kamu lagi sibuk sama persiapan basketmu itu. Kemarin dia mau pamit sama kamu tapi ternyata dia mergokin kamu lagi berduaan sama Seohyun... ” kata Onew langsung beranjak dari tempat duduknya tadi dan berjalan pergi meninggalkanku.

Aaarrghh!!!

~***Flashback eNd***~


“Aaarrghh!!!” kataku sambil memegang kepalaku yang terasa sedikit nyeri. Ku lihat jam weker yang ada di atas meja kecil samping tempat tidurku. Ternyata masih jam 2.30 pagi.
“EunKyo~yah, kenapa malam ini aku tidak bisa memimpikanmu? Apakah mungkin ini saatnya aku harus melupakanmu? Huft... Padahal hanya dalam mimpi aku bisa bertemu denganmu...”

Aku pun mencoba memejamkan mataku kembali walaupun sedikit sulit.


Pagi harinya.....

Cause you were my sun, the moon... You were my everything...

“Aish... siapa sih yang menelponku pagi2 kayak gini? Ganggu tidurku saja...”

Ku angkat telpon itu dengan memencet tombol hijau di layar handphoneku.

“Yeoboseyo...” kataku dengan malas.
“Hyuungg!!! Kau tahu ini udah jam berapa, haah??! Kita kan ada latihan pagi hari ini...” teriak Minho di telepon membuatku ingin melemparkan handphoneku ke atas kasur dan menutupnya dengan bantal. Tapi aku urungkan niatku yang aneh itu.
“Mianhaeyo, Minho! Soalnya aku juga baru bangun nih... Setengah jam lagi, aku akan ke kampus...”
“Palli, hyung! Soalnya anggota yang lain udah pada dateng nih...”
“Ne, arraseo...” kataku sambil mematikan sambungan telepon dari Minho.


Setengah jam kemudian...

Sampailah aku di lapangan barat kampus. Dari kejauhan, kulihat Minho sedang merayu seorang yeoja. Tapi aku tak dapat melihat yeoja itu secara jelas karena yeoja itu berdiri membelakangiku. Yeoja itu pun berjalan meninggalkan lapangan saat aku mulai memasuki lapangan.

“Hyung, akhirnya kau datang juga... Tumben hyung telat, ada apa lagi?” tanya Minho.
“Ah, aniyo... Tadi malam aku nggak bisa tidur...” kataku sambil menguap.
“Waeyo? Pasti hyung memikirkan yeoja itu lagi ya?” kata Minho menatapku seperti polisi yang sedang mengintrograsi tawanan.
“Ne...” kataku pelan.
“Aigo... kenapa hyung masih memikirkan yeoja itu? Memangnya yeoja itu juga memikirkan hyung apa? Mendingan hyung aku jodohkan saja sama yeoja yang barusan ngobrol bersamaku tadi. Neomu yeppoyo...” kata Minho sambil mengerlingkan matanya.
“Mwo?? Aku nggak mau dijodoh-jodohkan seperti itu. Memangnya aku nggak bisa mencari sendiri apa. Lagipula aku belum mengenal yeoja itu. Oh ya, latihannya jadi nggak?”
“Ne... jadilah, hyung! Buat apa aku menunggumu di lapangan ini kalo nggak buat latihan basket!”
“Kalo gitu mana yang lain? Di ruang ganti ya?”

Minho hanya menganggukkan kepalanya, mengiyakan pertanyaanku tadi. Aku pun pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaian ku dengan baju latihan. Saatnya latihan!


Ku dribling bola itu dengan semangat. Cuaca hari itu begitu teduh, nggak terlalu panas lah! Ku oper bola itu ke Minho. Dengan tembakan three point andalannya, Minho berhasil memasukkan bola ke ring basket. Nice shoot!
Dalam sekejap, teriakan yeoja-yeoja yang ada di pinggir lapangan semakin riuh.

‘Berisik banget sih!’ kataku dalam hati.

Ku pandangi yeoja-yeoja itu dengan tatapan dingin.Tapi...  aku langsung mengucek mata ku pelan, berkali-kali. Apa benar tadi ada EunKyo dikerumunan yeoja-yeoja tadi? Ku pastikan lagi sambil memandang yeoja-yeoja itu dengan teliti, tapi hasilnya nihil! EunKyo nggak ada disana. Mungkin aku salah liat coz nggak mungkin EunKyo ada disini, kan dia lagi di Perancis sekarang. EunKyo~yah, bogosippoyo...

“Jonghyun hyung... Awaaaasssss!!!” teriak Minho kepadaku. Awas apa? Aku langsung menoleh kearah suara, tapi telat... bola basket itu sudah menghantam kepalaku dengan sempurna. Pandanganku pun langsung kabur dan... gelap!


- - - - -
“Sepertinya dia mau sadar... Kalo gitu aku pergi dulu ya...”
“Baiklah kalo gitu... Gomawo udah mau membantuku menyadarkan Jonghyun hyung, bidadari...”
- - - - -


Kubuka mataku perlahan. Ku pandangi sekelilingku dengan mata yang belum terbuka dengan sempurna. Kulihat Minho duduk di samping tempat tidurku.
“Ini di ruang kesehatan ya?” tanyaku sambil memegang belakang kepalaku yang terasa.
“Ne, hyung... Gwaencanayo?” tanyanya khawatir.
“Ne, gwaencana...”
“Huft... baguslah kalo gitu. Hampir sejam hyung pingsan, untung ada bidadari yang menolongku untuk menyadarkan hyung” kata Minho sambil mengelus dadanya.
“Bidadari?” tanyaku heran.
“Yeoja yang tadi ngobrol denganku di pinggir lapangan”
“Kalo gitu aku harus berterimakasih padanya. Dia tingkat berapa dan jurusan apa?”
“Molla~”
“Eoh? Tadi kan kau ngobrol dengannya”
“Ya sih, hyung! Tapi aku lupa menanyakan hal itu. Terlalu terpesona dengannya, hyung!”
“Dasar playboy!” kataku sambil memukul kepalanya.
“Aish... aku tuh nggak playboy. Yeoja-yeoja itu duluan yang mau sama aku. Aku sih terima-terima saja...”
“Sama saja, namja pabo...”


Seminggu kemudian.....

“Hyung... hyung... Aku tahu, hyung...” kata Minho menghampiriku di kantin kampus. Untung saja kau nggak tersedak.
“Ada apa?” tanyaku santai.
“Aku tahu ternyata dia tingkat satu sama denganku. Dia jurusan Cinematografi, hyung...” kata Minho mengatur napasnya.
“Siapa yang kau bicarakan?” tanyaku sambil mengunyah makananku.
“Aish... Hyung ini... Aku lagi membicarakan bidadari yang seminggu lalu sudah nolongin hyung...”
“Mwo?! Ada di ruang berapa dia sekarang?”
“Katanya sih ruang 1 AC (Arts of Cinema) 2...”

Aku langsung pergi meninggalkan Minho tanpa mendengar perkataannya selanjutnya. Kenapa aku sangat bersemangat dengan yeoja yang disebut ‘bidadari’ oleh Minho itu? Mollayo...

Sesampainya aku di kelas 1 AC 2, aku langsung mencari yeoja itu. Oh ya, aku kan nggak tahu nama yeoja itu. Eotteoke? Aku langsung mengetik sebuah pesan.

To : Minho
Siapa nama yeoja ‘bidadari’ itu?

Ku tekan tombol hijau di layar handphoneku dan pesan itu pun terkirim. Ku tunggu balasan pesanku.


Lima menit...


Sepuluh menit...


Lima belas menit...


Dua puluh menit...


Dua puluh lima menit...


Wuah, udah setengah jam, aku menunggu balasan pesan dari Minho. Kemana saja sih Minho itu? Saat dibutuhkan, ini orang langsung ngilang ditelan bumi (?). Huft... Daripada aku menunggu tanpa hasil, aku coba tanyakan saja sama dua orang yeoja yang lagi ngobrol disana.

“Maaf, kalian berdua kenal dengan...” kataku terputus saat kedua yeoja itu berteriak padaku.
“Kamu Jonghyun oppa kan?” tanya yeoja yang rambutnya di kuncir kuda.
“Ketua tim basket kan?” tanya yeoja yang berkacamata tebal.
“Kyaaa~....” teriak kedua yeoja itu lagi.
“Ne... Apa kalian kenal dengan yeoja kelas 1 AC 2 yang matanya warna coklat terang?” kataku memandang mereka heran.
“Oh, yeoja ‘bidadari’ itu. Dia lagi di ruang drama” kata yeoja yang berkamata tebal. Apakah yeoja itu sangat terkenal dengan sebutan ‘bidadari’?
“Ne, kalo gitu aku ke ruang drama dulu ya. Gomawoyo! Annyeong!” kataku sambil membungkuk sedikit dan berjalan pergi meninggalkan kedua yeoja yang masih senyum2 kepadaku itu.


Teater Room

Itulah papan nama yang bertengger di atas pintu. Kubuka ruang drama, kudapati beberapa orang sedang berlatih drama dengan peran2nya masing2. Ku coba bertanya lagi pada namja yang memegang tongkat panjang.

“Mianhae, aku udah mengganggumu...”
“Ne, gwaencana...”
“Aku ingin bertanya padamu, apa kau kenal dengan seorang yeoja yang panggilannya ‘bidadari’ ?”
“Ne...”
“Apa aku bisa bertemu dengannya?”
“Wah, kau telat... Dia baru pulang kira-kira lima belas menit yang lalu...”
“Mwo? Ya sudah kalo gitu...” kataku pergi meninggalkan ruang drama. Aku merasa ada yang memperhatikanku saat aku di ruang drama tadi. Tapi, mollayo...


- - - - -
“Dia sudah pergi ?”
“Sudah...” kata namja yang membawa tongkat panjang.
“Baguslah kalo gitu... Gomawoyo udah membantuku...”
“Ne...”
“Aku belum mau dia bertemu dengan bidadari~ku...”
- - - - -


Keesokkan paginya.....

“Aish... Hari ini pun aku nggak bisa memimpikanmu lagi. Waeyo? Waeyo? Apa memang ini saatnya aku melupakanmu, EunKyo~yah?” kataku sambil menyipitkan mataku karena silaunya sinar matahari yang masuk melalui jendela kamarku. Aku pun beranjak dari tempat tidurku dan bersiap-siap berangkat ke kampus.

Sesampainya di kampus, kulihat ada beberapa namja yang sedang bermain basket. Ku hampiri salah satu namja yang sedang mendrible bolanya.

“Jonghyun!” kata Siwon hyung terkejut.
“Wah, kok hyung latihan nggak ngajak-ngajak sih?” kataku sambil menepuk pundaknya.
“Mwo? Aku nggak lagi latihan, cuma main-main biasa saja kok”
“Ouwh... Hyung liat Minho nggak?”
“Barusan dia pergi sama ‘bidadari’. Aku nggak tahu mereka pergi kemana...”
“Baiklah kalo gitu. Aku pergi dulu ya, hyung!”

“Huft... kemana perginya, namja pabo itu?” kataku berjalan menyusuri koridor kampus yang sedikit ramai.
“Jonghyun oppa!” kata seseorang dibelakangku.
“Nuguya?” tanyaku bingung.
“Hara, Goo Hara imnida...”
“Ne, Hara~ssi, waeyo?”
“Minho... Minho...” katanya sambil mengatur nafasnya. Mungkin tadi dia habis lari-larian.
“Ne, waeyo Minho?” kataku sambil mencoba membuat Hara tenang dulu.
“Minho... Minho... KECELAKAAN...” katanya sedikit berteriak.
“Mwo?? Sekarang dia lagi ada dimana?” tanyaku panik.
“Di Rumah Sakit Seoul. A-Yo, ikuti aku!” kata Hara menarik tanganku.

Tak berapa lama kemudian, kami berdua sampai didepan pintu kamar tempat Minho dirawat. Kubuka pintu kamar itu dan ku dapati Minho yang sedang duduk di tempat tidurnya sambil tersenyum kecil padaku.

“Minho~yah, gwaencanayo?” kataku sambil duduk di pinggir tempat tidur.
“Gwaencana, hyung...  Cuma luka-luka sedang saja... tapi....” katanya sambil menundukkan kepalanya.
“Waeyo?” tanyaku khawatir.
“Bidadari itu, hyung....” kataku dengan kepala yang masih menunduk.
“Bidadari itu kenapa?” tanyaku lebih khawatir.
“Dia sedang koma sekarang, hyung... Dia mencoba menolongku tadi. Dasar kau namja pabo, Minho~yah... Seharusnya aku nggak melamun tadi saat mencoba mengambil bola yang terlempar ke tengah jalan... Jadinya kayak gini kan...” kata Minho sambil memukul-mukul kepalanya.
“Sudah, Minho~yah! Jangan salahkan dirimu lagi!” kata Hara mencoba menghentikan Minho sampai Minho tenang.


Sejam kemudian.....

“Minho~yah, bidadari itu sudah bisa dijenguk sekarang!” kata Hara yang tadi izin pergi ke toilet.
“Mwo? Hyung bantu aku untuk pergi keruangannya” kata Minho memohon padaku. Aku pun membantunya berjalan dengan tongkat kayunya. Ku tuntun Minho menuju kamar rawat bidadari itu. Kubuka pintu kamar nomor 176 yang katanya Hara, ini adalah kamar rawatnya si bidadari itu. Ku lihat ada seorang namja yang berdiri di dekat tempat tidur itu. Namja itu pun menoleh padaku. Onew hyung? Sedang apa dia disini?

“Hyung?” tanyaku heran.
“Jonghyun~ah? Sedang apa kau disini?” tanya Onew nggak kalah heran.
“Aku hanya mengantarkan temanku ini menemui temannya” kataku menoleh ke Minho. “Hyung lagi ngapain disini?” kataku balik nanya. Onew hanya menundukkan kepalanya sambil menatap yeoja yang terbaring di tempat tidur.
“EunKyo~yah...” katanya pelan.
“Mwo? EunKyo?” kataku sambil menghampiri Onew. Ku lihat yeoja yang sedang terbaring itu adalah EunKyo. Jadi yang sering disebut-sebut ‘bidadari’ itu adalah EunKyo?! Aku langsung berdiri lemas dan aku mulai tak sadarkan diri.


“Hyung... hyung... Wuah dia sudah mau sadar” kata seorang yeoja. Ternyata dia adalah Hara. Minho dan Onew pun langsung menghampiriku.
“EunKyo~yah...” kataku pelan.
“Dia masih belum sadar, hyung...” kata Minho menoleh kearah EunKyo. Ku mencoba duduk di kursi panjang yang empuk ini.
“Hyung, kapan dia kembali dari Perancis?” tanyaku ke Onew.
“Sebulan yang lalu...” katanya sambil menatapku.
“Kenapa hyung nggak bilang padaku? Hyung tahu kan aku sangat merindukannya?!” kataku sedikit emosi.
“Mianhaeyo, Jonghyun~ah...” kata Onew sambil menundukkan kepalanya.

Ku coba beranjak dari sofa dan berjalan menghampiri tempat tidur itu. Ku pandangi wajahnya yang pucat.

“EunKyo~yah, cepatlah sadar... Bogosippoyo, EunKyo~yah...” kataku sambil mengecup punggung tangan kirinya.
“Pasien Minho, anda harus kembali ke kamar anda...” kata seorang perawat yang tiba-tiba masuk.
“Ne, suster... Jonghyun oppa, aku sama Minho balik ke kamar rawat Minho dulu ya... Annyeong...” kata Hara sambil memapah Minho. Aku dan Onew hanya menganggukkan kepala mengiyakan perkataan Hara.
“Jonghyun~ah, aku pergi keluar dulu ya. Aku mau beli makanan dan minuman. Annyeong!” kata Onew berjalan ke arah pintu kamar dan keluar meninggalkanku dan EunKyo yang masih terbaring lemas.
“EunKyo~yah, bagaimana kabarmu dua tahun ini? Baik-baik saja kan... Kamu semakin cantik, baik pula... Ada hal apa sampai-sampai kau mengikalkan rambutmu yang lurus itu? Tapi, nggak apa-apa, dengan rambutmu yang ikal ini, kamu jadi tambah manis...” kataku sambil tersenyum menahan air mata yang berusaha ingin segera keluar.
“Kau tahu EunKyo... Sejak kepergianmu ke Perancis dua tahun lalu, aku belum mencari yeoja pengganti dirimu, walaupun banyak yang menyatakan cintanya padaku... Aku tolak semua yeoja itu hanya karena aku masih menunggumu pulang kembali kesini... Saranghaeyo, EunKyo~yah... Jeongmal saranghaeyo...” kataku sambil menitikkan air mataku. Hatiku semakin sakit saat harus melihat yeoja yang sangat kusayangi ini masih terbaring lemas tanpa ada tanda-tanda dia akan sadar. Ku kecup keningnya dengan lembut, berharap dia akan segera sadar dari tidurnya.
“Jeongmal saranghae yeongweonhi, EunKyo~yah...” bisikku di telinganya sebelum aku merebahkan kepalaku di pinggir tempat tidurnya dan tertidur. Dalam tidurku, aku merasakan seseorang mengelus rambutku dan berkata ‘Nado... Saranghae yeongweonhi, oppa...’


Ku terbangun saat teriknya sinar matahari menerpa wajahku. Ku halangi sinar itu dengan telapak tangan kiriku.
“Joheun achim, oppa!” kata seorang yeoja di sampingkanku dengan senyumnya yang lembut, senyum yang kurindukan selama ini.
“EunKyo~yah... Kamu sudah sadar?” kataku terkejut dan langsung memeluk dirinya. Memang hanya yeoja ini yang membuat perasaanku jadi nyaman.
“Hey, Jonghyun~ah! Jangan terlalu erat meluknya, nanti dia nggak sadar lagi lho!” teriak Onew di belakangku. Ku lepaskan pelukanku dan memandang Onew dengan senyumanku. Ku pandangi yeoja yang ada dihadapanku ini dengan tatapan lembut. Mungkin dia merasa aneh aku tatap seperti itu.
“Oppa, kenapa oppa menatapku seperti itu?” tanyanya sambil mengerutkan dahinya.
“Aku hanya rindu sama wajahmu”
“Kan nanti oppa bisa melihatku setiap hari. Nanti oppa bosen lagi kalo terus-terusan ngeliatin aku” katanya sambil memanyunkan bibirnya.
“Aniyo...” kataku sambil mencubit kedua pipinya.
“Appooo~...” katanya manja lalu tersenyum manis padaku.


Dua minggu kemudian...

Suasana stadium basket pun semakin ramai saat pertandingan mulai memasuki detik-detik terakhir. Ku drible bola basket di tanganku melewati defence lawan yang begitu tangguh. Kulihat Minho melambai-lambai kan tangannya, mengisyaratkan aku harus mengoper bola basket ini padanya karena hanya Minho, pemain yang tidak dijaga dengan ketat. Ku oper bola basket itu ke Minho. Dengan cepat, melakukan tembakan andalannya, three point shoot. Suasana menjadi tegang saat bola itu melambung mendekati ring basket. Ya, bola itu masuk dengan sempurna ke dalam ring.

“Priiit... Priiit... Priiit...”

Suara peluit terdengar nyaring menandakan waktu pertandingan telah usai. Sorak-sorak penonton pun semakin riuh. Anggota tim basket ku pun berkumpul di tengah lapangan dan melakukan yel-yel kemenangan yang biasa kami lakukan bila kami memenangkan pertandingan.

Aku langsung menghampiri EunKyo (yang sekarang sudah menjadi yeojachingu~ku lagi) yang duduk di pinggir lapangan dengan manis. EunKyo mengelap keringat di wajahku dengan handuk kecil dengan lembut. Aku pun tersenyum dengan perlakuannya. Ku peluk dirinya dengan erat, seakan aku nggak ingin kehilangan dirinya untuk kedua kalinya.
“Oppa... Sudah... sudah... Aku nggak bisa nafas nih...” katanya sambil tertawa.
“Mianhaeyo, jagiya...” kataku pelan.
“Jeongmal saranghaeyo... Yeongweonhi, my Juliette...” bisikku di telinganya.

-~*** The eNd ***~-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar