Sabtu, Desember 05, 2009

Cerpen : Kau Tetap Sahabatku

*Kau Tetap Sahabatku*
Risa berjalan dengan lambat di koridor sekolah karena dia sedang membawa tumpukan buku tulis B. Indonesia punya teman sekelasnya semua. Risa menggerutu sepanjang jalan. Dia menyesal karena dia datang ke sekolah pagi-pagi sekali. Baru kali ini Risa berangkat sekolah pagi-pagi buta karena ayahnya memaksanya sebab ayahnya ada rapat pagi yang sangat penting. Setelah sampai di kelas, Risa langsung disuruh Bu Dewi, guru B. Indonesianya, untuk membawa buku tulis punya seluruh teman sekelasnya.
“Dikirain disuruh ngapain gitu… Eh malah disuruh bawa buku sebanyak ini! Udah berat banget lagi, ini buku banyak dosanya nih!” kata Risa menggerutu. Disela-sela gerutu yang sedang di lontarkan Risa, tiba-tiba…
“Awasss!!!”
Bruuuukkk!!!

“Aduuuh! Jangan lari-larian dong! Kan bukunya jadi berantakan kayak gini. Gimana sih!” kata Risa sambil mengambil buku-bukunya yang jatuh berserakan di atas lantai.
“Maaf deh! Soalnya tadi gue lagi buru-buru. Sekali lagi, sorry ya!” kata Dika sambil membantu Risa mengambilkan buku-buku tersebut.
“Loe tuh nyebelin banget ya! Sini bukunya! Gue juga lagi buru-buru nih!” kata Risa sambil beranjak berdiri dan langsung pergi meninggalkan Dika sendirian di tengah lorong sekolah. Dika pun hanya tersenyum melihat tingkah Risa.
* * * * *

“Risa, pagi-pagi gini kok tampang loe udah kayak bebek jelek gitu sih? Kenapa?” tanya Sari, teman sekelas Risa, sambil menyeret tempat duduknya di dekat Risa.
“Biasalah, si vampire cina itu!” kata Risa dengan ketus. Risa memanggil Dika dengan sebutan ‘Vampire China’ karena Dika orangnya tinggi dan putih tapi sikapnya nyebelin banget.
“Loe berantem lagi sama dia? Aduh Risa, kapan sih loe mau baikan sama dia lagi? Loe kan sahabatan kali sama dia!”
“Iya sih, tapi dia tuh suka bikin sebel gue terus. Dikasih hati malah minta jantung. Huh!”
“Emang dia berlaku apa lagi?”
“Waktu gue bawa buku tulis punya anak sekelas, dia lari terus nabrak gue. Alhasil, bukunya jatuh semua deh!”
“Yah, ada aja kelakuannya!”
* * * * *

Seperti manusia tanpa nyawa, Risa berjalan dengan lemas di sepanjang koridor sekolah. Hari ini sangat melelahkan untuk Risa karena pelajaran hari ini semuanya ulangan. Padahal, Risa belum belajar tadi malam karena aliran listrik di daerah kompleks rumahnya mati jadi dia tidak bisa belajar untuk ulangan. Risa takut nilainya jelek semua.
“Hai, kok lemes banget sih?” kata Dika menghampiri Risa.
“Karena ada loe tau!”
“Tuh kan loe gitu banget sih sama gue. Dulu bukan gue yang ngambil kok!”
“Bodo amat!” kata Risa langsung pergi meninggalkan Dika sendirian di gerbang sekolah.
* * * * *

Dulu Risa dan Dika adalah sahabat dari kecil tapi sejak kelas 3 SMP mereka bermusuhan. Ceritanya sehabis olahraga, Risa langsung pergi ke pancuran dekat lapangan. Risa langsung mencuci mukanya dan membersihkan kedua tangannya karena kotor. Setelah sampai di kelas, dia merasa ada yang aneh pada dirinya. Kalungnya hilang! Kalung itu adalah pemberian terakhir ibunya sebelum ibunya meninggal saat kelas 1 SMP. Risa pun langsung panik.
“Risa, tadi gue ngeliat si Dika lagi megang kalung loe tau. Barusan!” kata Tika.
“Ah, yang bener loe! Nggak mungkin Dika ngambil kalung gue. Dia kan sahabat gue dari kecil” kata Risa tak percaya.
“Kalo nggak percaya, tuh tanya aja sama orangnya” kata Tika sambil menunjuk kearah pintu kelas.
Risa langsung menghampiri Dika yang sedang bercanda di depan kelas.
“Dika, emangnya bener loe yang ngambil kalung gue?!” kata Risa dengan nada sedikit marah.
“Ya” kata Dika santai.
“Ternyata bener kata si Tika. Loe jahat banget sih! Ngapain loe ngambil kalung gue? Gue kira loe temen gue yang baik, ternyata… tenyata loe nggak lebih dari seorang PENCURI!” kata Risa sambil mendorong tubuh Dika dan berlari sambil menangis.
“Risa, memang gue yang ngambil tapi udah gue…”
“Loe nggak usah jelasin apa-apa lagi sama gue. Gue kecewa sama loe!!!”
* * * * *

Risa sedang duduk di taman sambil membaca komik yang baru ia pinjam dari teman sekelasnya. Tiba-tiba Dika muncul dan langsung duduk di samping Risa. Ketika Risa ingin beranjak pergi, Dika mencegah dan menarik Risa untuk duduk kembali. Akhirnya Risa kembali duduk dengan wajah yang di pasang sejutek mungkin.
“Risa, gue pengen ngomong sesuatu sama loe!” kata Dika serius.
“Ngomong apaan lagi sih loe! Gue lagi males ngomong!” kata Risa ketus.
“Oke! Setelah gue ngomong hal ini, gue janji nggak akan gangguin loe lagi”
Risa tetap memasang wajah yang jutek.
“Risa, loe cukup mendengarkan aja, ok! Dulu gue cuma nemuin kalung loe di deket pancuran sekolahan, bukan ngambil! Ternyata kalung itu punya loe. Karena gue tau kalung itu sangat berharga banget buat loe, jadi gue bawa kalung itu ke kelas loe lalu langsung gue taruh kalung itu di dalam tas loe. Di kelas waktu itu lagi sepi banget, cuma ada Tika aja. Setelah itu, gue langsung pergi. Itu yang sebenernya terjadi!” kata Dika menjelaskan dengan serius.
“Bohong loe, buktinya apa? Kalung gue tetep nggak ada sampe sekarang! Udah lah, gue udah kesel banget sama loe. Awas!” kata Risa beranjak dari tempat duduknya.
“Terserah loe mau percaya apa nggak sama gue tapi apa yang gue bilang itu benar. Walaupun loe begitu terus sama gue, gue akan selalu nganggap loe sebagai sahabat gue!” kata Dika dengan nada suara yang sedikit kencang.
“Bodo amat! kata Risa sambil membentak.
“Oke! Mungkin sehabis lulus dari SMA, loe akan tenang karena gue nggak akan tinggal disini lagi. Gue akan melanjutkan study di Belanda. Jadi loe nggak akan merasa risih lagi!”
“Never mind!” kata Risa langsung pergi.
* * * * *

Setelah menghadapi hari-hari yang penuh dengan perjuangan dalam mengisi soal ujian, akhirnya Risa merasa tenang juga karena nilai ujiannya sempurna, lebih daripada apa yang ia bayangkan. Tiba-tiba Risa merasa kesepian. Apa mungkin gue kangen sama Dika? tanya Risa dalam hati.
Tidak terasa sekarang hari kelulusan sekolah. Risa sedang menyiapkan pakaian apa yang akan dia pakai di acara kelulusan di sekolahnya. Tanpa sengaja dia melihat sebuah jaket berwarna biru muda sudah lama tidak ia pakai sejak SMP di bawah tumpukan baju lamanya. Hmm, masih bagus ya jaket ini, pikir Risa. Risa langsung memakai jaket itu. Saat memakai jaket itu, ada sesuatu yang jatuh dari saku jaket.
“Hah?!! Ini kan kalung yang waktu hilang waktu kelas 3 SMP. Ternyata ada di saku jaket gue. Berarti…”
* * * * *

“Hai, Risa! Keren banget loe pake jaket itu cocok banget sama loe!” kata Doni, orang yang selalu pengen banget jadian sama Risa.
“Risa pake apa aja juga tetep cantik tau. Ya, nggak?!” kata Jodi, temennya Doni.
Risa tidak memikirkan hal itu. Risa sedang sibuk mencari sesuatu yang mungkin akan hilang untuk selamanya.
“Doni! Jodi! Loe berdua liat Dika, nggak?” kata Risa terburu-buru.
“Tuh, di tempat minuman. Daripada nyariin dia mendingan loe gabung aja sama kita!” kata Doni menggoda Risa.
“Makasih ya!” kata Risa dan langsung pergi menuju tempat minuman.
Risa tidak dapat melihat Dika karena di tempat minuman banyak sekali yang berkerumun. Tiba-tiba ada seseorang yang menarik tangan Risa di dalam kerumunan orang banyak.
“Loe ngapain disini? Loe bisa mati pingsan lho!”
“DIKA!!!” kata Risa kaget plus senang.
“Eh, maaf! Nggak seharusnya gue gangguin loe lagi! Gue pergi dulu sebelum gue di usir sama loe” kata Dika sambil beranjak pergi.
“Dika! Seharusnya gue yang minta maaf sama loe. Loe ternyata bener. Selama ini kalung gue ada di dalem jaket gue yang udah lama nggak gue pake dari SMP. Gue minta maaf karena udah sering jutekin loe, marah-marah sama loe. Gue nyesel banget! Maafin gue ya! Gue baru sadar!” kata Risa dengan sungguh-sungguh.
“Gue udah maafin loe dari dulu kok!” kata Dika dengan nada tenang.
“Gue nyesel karena baru nyadar sekarang setelah tiga tahun gue musuhin loe. Saat loe akan kuliah di Belanda dan gue akan sendirian lagi kayak dulu sebelum gue temenan sama loe!” kata Risa sedih.
“Siapa bilang?! Ayah gue nggak jadi nguliahin gue di Belanda. Jadi gue kuliah di daerah Jakarta deh!”
“Yang bener? Jadi kita masih bisa kayak dulu lagi dong?”
“Ya iya lah! Eh, ke depan panggung yuk! Katanya pihak sekolah ngundang band terkenal lho. Katanya sih band Nidji gitu! Ayo!” kata Dika sambil menarik tangan Risa.
“Nidji? Yang bener? Wow, keren dong! Ayo kita kesana!”
Suasana didepan panggung sangatlah ramai. Semua siswa di acara kelulusan berkumpul semua di depan panggung untuk menunggu acara puncak yaitu penampilan band Nidji.
“Kalian udah nggak sabar kan untuk melihat performance dari band Nidji? Kalo gitu kita langsung panggil aja ya. NIDJI!” kata MC tersebut.
Penonton bersorak riuh ketika band Nidji tampil diatas panggung. Semua penonton bergerak mengikuti irama lagu yang dinyanyikan oleh sang vokalis.
“Adik-adikku sekalian, karena hari ini adalah acara kelulusan untuk SMA Bintang Indah. Kita akan mempersembahkan lagu yang special untuk kalian. ARTI SAHABAT!!!” kata sang vokalis.

Tak mudah untuk kita hadapi
Perbedaan yang berarti
Tak mudah untuk kita lewati
Rintangan silih berganti

Kau masih berdiri
Kita masih di sini
Tunjukkan pada dunia
Arti sahabat

Kau teman sehati
Kita teman sejati
Hadapilan dunia
Genggam tanganku

Tak mudah untuk kita sadari
Saling mendengarkan hati
Tak mudah untuk kita pahami
Berbagi rasa di hati

Kau adalah..
Tempatku membagi kisahku
Kau sempurna
Jadi bagian hidupku
Apapun kekuranganmu

“Dika, mudah-mudahan kita akan selalu menjadi sahabat untuk selamanya!”
“Gue harap juga begitu”

*Tamat*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar