Mata
Kuliah :
Bahasa Indonesia 1 #
Disusun
Oleh : Kelompok
1
- Hanifidiani (13110122)
- Novi Latifah (15110054)
- Nurul Aisyah (15110198)
Kelas
:
3KA08 (Sistem Informasi)
BAHASA
Bahasa memainkan peranan
penting dalam hidup kita. Mungkin karena lazimnya, sangat jarang kita
memperhatikannya, dan lebih menganggapnya sebagai hal yang biasa seperti
bernafas atau berjalan. Bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa, dan
termasuk dari apa yang membedakan manusia dari binatang-binatang.
1. Definisi Bahasa
Kata “bahasa” memiliki
paling kurang dua makna dasar, bahasa sebagai konsep umum, dan “sebuah bahasa”
(sebuah sistem linguistik tertentu, contohnya “bahasa Prancis”). Ferdinand de
Saussure yang pertama kali dengan jelas memformulasi perbedaannya, menggunakan
kata Prancis langage untuk bahasa sebagai sebuah konsep dan langue
sebagai instansi spesifik dari bahasa.
Bila berbicara mengenai
bahasa sebagai konsep umum, beberapa definisi berbeda dapat digunakan untuk
menekankan aspek yang berbeda dari fenomena. Definisi tersebut juga memerlukan
pendekatan dan pemahaman berbeda, dan mereka memberikan kajian teori linguistik
yang berbeda dan terkadang bertentangan.
1.1 Kemampuan Mental,
Organ atau Insting
Salah satu definisi melihat
bahasa pada pokoknya sebagai kemampuan mental yang membuat manusia dapat
menggunakan perilaku linguistik: untuk belajar bahasa dan menghasilkan dan
memahami penyebutan. Definisi ini menekankan keuniversalan bahasa untuk semua
manusia dan dasar biologis dari kapasitas manusia terhadap bahasa sebagai
perkembangan yang unik dari otak manusia. Pandangan ini memahami bahasa secara
garis besar bawaan lahir, sebagai contoh dalam teori Chomsky mengenai Tata
bahasa universal, dan teori ekstrim lahiriah dari Jerry Fodor. Definisi semacam
ini sering diaplikasikan oleh orang yang mempelajari bahasa lewat kerangka ilmu
kognitif dan dalam neurolinguistik.
1.2 Sistem Simbolik
Formal
Definisi lain melihat
bahasa sebagai sebuah sistem formal dari isyarat-isyarat yang diatur oleh
aturan-aturan kombinasi tata-bahasa untuk mengkomunikasikan suatu makna.
Definisi ini menekankan fakta bahwa bahasa manusia dapat dijelaskan sebagai
sistem terstruktur tertutup yang terdiri dari aturan-aturan yang menghubungkan
isyarat tertentu terhadap makna tertentu. Pandangan strukturalis terhadap
bahasa pertama kali diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure, dan
strukturalisme-nya tetap menjadi fondasi terhadap hampir semua pendekatan
terhadap bahasa pada masa sekarang. Beberapa pendukung pandangan bahasa ini
telah menyarankan sebuah pendekatan formal untuk mempelajari struktur bahasa,
khususnya formulasi dasar dari aturan-aturan abstrak yang dapat dipahami untuk
menghasilkan struktur linguistik yang dapat diobservasi. Pendukung utama dari
teori tersebut yaitu Noam Chomsky, yang mendefinisikan bahasa sebagai sebuah
kumpulan kalimat yang dapat dihasilkan dari sekumpulan aturan tertentu. Sudut
pandang strukturalis biasanya digunakan dalam logika formal, semiotik, dan
dalam teori tata-bahasa formal dan struktural, kerangka teoritikal yang banyak
digunakan dalam penjelasan linguistik. Dalam filsafat bahasa pandangan ini
berhubungan dengan filsuf seperti Bertrand Russell, Wittgenstein muda, Alfred
Tarski dan Gottlob Frege.
1.3 Alat Untuk
Komunikasi
Definisi lain dari bahasa
adalah sebagai sebuah sistem komunikasi yang membuat manusia dapat bekerja
sama. Definisi ini menekankan fungsi sosial dari bahasa dan fakta bahwa manusia
menggunakannya untuk mengekspresikan dirinya sendiri dan untuk memanipulasi
objek dalam lingkungannya. Teori fungsional dari tata bahasa menjelaskan
struktur tata-bahasa lewat fungsi komunikatifnya, dan memahami struktur
tata-bahasa dari bahasa sebagai hasil dari proses adaptif dimana tata-bahasa
telah “disesuaikan” untuk melayani kebutuhan komunikatif penggunanya. Pandangan
bahasa ini berhubungan dengan kajian bahasa dalam kerangka pragmatis, kognitif,
dan kerangka interaksional, serta dalam sosial-linguistik dan antropologi
linguistik. Para teori fungsionalis condong mempelajari tata-bahasa sebagai
sebuah fenomena dinamis, sebagai suatu struktur yang selalu dalam proses
perubahan saat mereka digunakan oleh para pembicaranya. Pandangan ini
menyebabkan kajian tipologi linguistik menjadi penting, karena ia dapat
memperlihatkan bahwa proses-proses dari gramatikalisasi condong mengikuti
lintasan yang secara terpisah bergantung pada tipologi. Dalam filsafat bahasa
pandangan ini sering dikaitkan dengan karya terakhir Wittgenstein dan dengan
filsuf bahasa umum seperti G. E. Moore, Paul Grice, John Searle dan J. L.
Austin.
1.4 Apa yang Membuat
Bahasa Manusia Unik
Bahasa manusia unik bila
dibandingkan dengan bentuk lain komunikasi, seperti yang digunakan oleh hewan,
karena ia membolehkan manusia untuk menghasilkan penyebutan yang tak terbatas
dari sekumpulan elemen yang terbatas, dan karena simbol dan aturan tata-bahasa
dari setiap bahasa secara kebanyakan sering berubah-ubah, sehingga sistem hanya
dapat diperoleh melalui interaksi sosial. Sistem komunikasi yang digunakan hewan,
di sisi lain, hanya dapat mengekspresikan sejumlah penyebutan terbatas yang
umumnya ditransmisikan secara genetik.
Bahasa manusia juga berbeda
dari sistem komunikasi hewan di mana mereka menggunakan kategori tata-bahasa
dan semantik seperti kata benda dan kata kerja, atau saat sekarang atau masa
lalu, untuk mengekspresikan arti yang sangat kompleks. Bahasa manusia juga unik
karena kompleksitas strukturnya melayani seluas mungkin fungsi dibandingkan
sistem komunikasi lainnya.
Bahasa juga unik karena ia
memiliki properti penting yang mengatur elemen-elemen menjadi struktur-struktur
rekursif; hal ini membolehkan, sebagai contohnya, frasa kata benda mengandung
frasa kata benda lainnya (seperti pada “bibir simpanse”) atau suatu klausa
mengandung klausa (seperti pada “Saya kira sekarang hujan”).
Berikut ini adalah
pengertian dan definisi bahasa menurut para ahli :
- Bill Adams
Bahasa
adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks
inter-subjektif.
- Wittgenstein
Bahasa
merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas,
dan memiliki bentuk dan struktur yang logis.
- Ferdinand de Saussure
Bahasa
adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok
sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain.
- Plato
Bahasa
pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata
(nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide
seseorang dalam arus udara lewat mulut.
- Sudaryono
Bahasa
adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga
ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber
terjadinya kesalahpahaman.
- Mc. Carthy
Bahasa
adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
- William A. Haviland
Bahasa
adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu
menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam
bahasa itu.
- Kerafsm Arapradhipa 2005
Bahasa
sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia dan sebagai sistem komunikasi yang
mempergunakan simbol-simbol vokal.
- Santoso (1990 : 1)
Bahasa
adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar.
- Wibowo (2009 : 3)
Bahasa
adalah suatu sistem simbol bunyi yang bermakna yang berarti kualisi (dihasilkan
oleh alat ucap) yang bersifat arbiter dan konfisional yang dipakai sebagai alat
komunikasi oleh sekelompok orang untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
- Wibowo, Walija (1990 : 4)
Bahasa
adalah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide,
pesan, maksud dan pendapat kepada orang lain.
- Pengabean (1981 : 5)
Bahasa
adalah suatu sistem yang mengutarakan dan melepaskan apa yang terjadi pada
sistem saraf.
- Soejono (1983 : 01)
Bahasa
adalah suatu sarana perhubungan rohani yang penting dalam hidup bersama.
Dari beberapa definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi. Bahasa apapun
yang digunakan, sebaiknya memiliki nilai kesopanan dan etika, karena
sesungguhnya bahasa merupakan cerminan budaya seseorang dan wajah bangsa
penggunanya sendiri.
2. Kajian Bahasa
Kajian tentang bahasa atau
Linguistik, telah berkembang menjadi sains sejak deskripsi pertama tata-bahasa
dari bahasa tertentu di India lebih dari 2000 tahun lalu. Linguistik sekarang
adalah sebuah sains yang memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan
bahasa, memeriksanya dari semua sudut pandang.
Kajian akademis terhadap
bahasa dilakukan dari banyak disiplin area berbeda dan dari sudut pandang
teoritis yang berbeda, semuanya memberikan pendekatan modern terhadap
linguistik. Sebagai contoh :
- Deskriptif linguistik membedah tata-bahasa dari sebuah bahasa sehingga orang dapat mempelajari bahasa tersebut.
- Teoritikal linguistik mengembangkan teori terbaik untuk mengkonsepkan bahasa sebagai sebuah kajian, berdasarkan pada data dari berbagai macam bahasa manusia yang masih ada.
- Sociolinguistik mempelajari bagaimana bahasa digunakan untuk tujuan sosial memberikan kajian fungsi sosial dari bahasa dan deskripsi gramatikal.
- Neurolinguistik mempelajari bagaimana bahasa diproses dalam otak manusia, dan melakukan percobaan mengenai teori tentang kemampuan bahasa.
- Komputasi linguistikdibangun dari teori dan deskripsi linguistik untuk membangun model komputasi bahasa yang terkadang ditujukan untuk memproses bahasa alami, atau mencoba hipotesis linguistik.
- Historikal linguistik bergantung pada tata-bahasa dan deskripsi lexical dari bahasa untuk menyelidiki sejarah bahasa tiap-tiapnya dan membangun pohon keluarga-keluarga bahasa dengan menggunakan metoda komparatif.
William
Jones
Menemukan
suatu koneksi etimologis antara Latin dan Sanskrit, bahasa dari India kuno.
Kajian formal bahasa dimulai di India oleh
Panini, ahli tata-bahasa abad 5 BC yang memformulasikan 3.959 aturan dari
morfologi Sanskrit. Pada abad ke-18, penggunaan pertama dari metoda komparatif
oleh William Jones memicu tumbuhnya linguistik komparatif. Kajian ilmiah dari
bahasa diperluas dari Indo-Eropa ke bahasa secara umum oleh Wilhelm von
Humboldt. Pada wal abad 20, Ferdinand de Saussure memperkenalkan ide bahwa
bahasa sebagai suatu sistem statik dari unit-unit yang saling berhubungan, didefinisikan
lewat pertentangan antara mereka. Dengan memperkenalkan perbedaan analisis
bahasa antara diakronik dengan sinkronik, dia meletakkan fondasi dari disiplin
ilmu linguistik modern. Saussure juga memperkenalkan beberapa dimensi dasar
dari analisis bahasa yang masih menjadi fondasi di banyak teori linguistik
kontemporari, seperti perbedaan antara sintagma dan paradigma, dan perbedaan
Langue-parole, membedakan bahasa sebagai suatu sistem abstrak (Language), dari
bahasa sebagai suatu manifestasi konkrit dari sistem ini (parole).
Sekitar tahun 1960-an Noam Chomsky
memformulasikan teori generatif bahasa. Menurut teori tersebut bentuk paling
dasar dari bahasa adalah suatu kumpulan aturan-aturan sintaks yang universal
untuk semua manusia yang mendasari tata-bahasa dari semua bahasa manusia.
Kumpulan aturan tersebut disebut dengan Tata bahasa universal, dan Chomsky
menyebutnya sebagai tujuan utama dari disiplin ilmu linguistik. Karena alasan
tersebut tata-bahasa dari setiap bahasa hanya penting bagi linguistik, sejauh
mereka membolehkan kita memahami aturan universal yang mendasari darimana
keberagaman linguistik yang tampak dapat diturunkan.
Sebagai lawan dari teori
formal dari sekolah generatif Teori fungsional tata bahasa mengajukan bahwa
sejak bahasa secara dasarnya adalah suatu alat, adalah masuk akal untuk
mengasumsikan bahwa strukturnya lebih baik dianalisa dan dipahami dengan
referensi terhadap fungsi-fungsi yang mereka bawa. Teori
fungsional dari tata-bahasa berbeda dengan Teori formal tata-bahasa, di mana
yang terakhir mencari untuk mendefinisikan elemen-elemen berbeda dari bahasa
dan menjelaskan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain sebagai sistem
aturan-aturan formal atau operasi-operasi, namun yang pertama mendefinisikan
fungsi-fungsi yang dilakukan oleh bahasa dan kemudian menghubungkan
fungsi-fungsi tersebut dengan elemen-elemen linguistik yang membawa mereka.
Kerangka dari Linguistik kognitif menginterpretasikan bahasa dalam bentuk
konsep, terkadang universal, terkadang khusus terhadap bahasa tertentu, yang
bergantung kepada bentuknya. Linguistik kognitif secara utama lebih
memperhatikan tentang bagaimana pikiran membuat makna lewat bahasa.
3. Bahasa dan Bagian-Bagiannya
Bila menjelaskan sistem komunikasi simbolik,
bahasa secara tradisional terdiri dari tiga bagian: isyarat, makna, dan sebuah
kode yang menghubungkan isyarat dengan maknanya. Kajian bagaimana isyarat dan
makna digabungkan, digunakan dan diinterpretasikan disebut dengan semiotik.
Isyarat dapat dihasilkan dari suara, gestur, huruf atau simbol, bergantung
kepada apakah suatu bahasa diucapkan, diisyaratkan atau ditulis, dan semuanya
dapat digabungkan menjadi isyarat kompleks seperti kata dan kalimat. Pada saat
digunakan untuk berkomunikasi sebuah isyarat disandikan dan dikirim oleh pengirim
lewat sebuah kanal kepada penerima yang akan menterjemahkannya (sebuah sinyal).
Beberapa properti yang membedakan bahasa
manusia dengan sistem komunikasi lainnya adalah: kesembarangan dari isyarat
linguistik, yang berarti tidak adanya koneksi yang terprediksi antara isyarat
linguistik dan maknanya; dualitas dari sistem linguistik, yang berarti struktur
linguistik dibuat dengan menggabungkan elemen-elemen menjadi struktur luas yang
dapat dilihat dalam tingkatan, contohnya: bagaimana suara membentuk kata dan
kata membentuk kalimat; elemen-elemen bahasa yang berlainan, yang berarti
elemen pembentuk isyarat linguistik terbentu dari unit yang berlainan,
contohnya suara dan kata, yang dapat dibedakan satu sama lain dan tersusun
ulang dalam pola yang berbeda; dan produktivitas dari sistem linguistik, yang
berarti elemen linguistik yang terbatas dapat digabungkan menjadi kombinasi
yang tak terbatas secara teori.
Aturan mengenai isyarat mana yang dapat digabungkan
membentuk kata dan kalimat disebut dengan sintaks atau tatabahasa. Suatu makna
yang terhubung kesetiap isyarat-isyarat, kata-kata dan kalimat disebut dengan
semantik. Pembagian bahasa dalam suatu sistem isyarat dan makna yang terhubung
tetapi berbeda dapat dilihat kebelakang berdasarkan kajian linguistik dari de
Saussure dan sekarang digunakan hampir disemua bagian linguistik.
3.1 Semantik
Bahasa mengekspresikan makna dengan
mengaitkan sebuah isyarat dengan maknanya. Bahasa tersebut haruslah memiliki
kosa kata isyarat yang berkaitan dengan makna tertentu — isyarat Inggris dari
“anjing” menandakan, misalnya, anggota dari jenis Canis. Dalam sebuah bahasa, susunan
dari isyarat yang berubah-ubah yang terhubung kepada makna tertentu disebut dengan
lexicon, dan sebuah isyarat yang terhubung ke sebuah makna disebut dengan
lexeme. Tidak semua makna dalam sebuah bahasa direpresentasikan oleh satu kata
— terkadang konsep semantik terkandung dalam morfologi atau sintaks dari suatu
bahasa dalam bentuk kategori tatabahasa. Semua bahasa memiliki struktur
semantik dari predikat — sebuah struktur yang mendasari sebuah properti,
keadaan atau aksi. Secara tradisional semantik telah dipahami sebagai kajian
bagaimana pembicara dan pendengar memberikan nilai benar terhadap suatu
pernyataan, sehingga makna dapat dipahami sebagai suatu proses dimana sebuah
predikat dapat dikatakan benar atau salah mengenai sebuah entitas, contohnya:
“[x [adalah y]]” atau “[x [maka y]].” Baru-baru ini, model dari semantik ini telah
dilengkapi dengan model makna yang lebih dinamis yang menggabungkan pengetahuan
yang sama tentang konteks dimana sebuah tanda diinterpretasikan menjadi
produksi dari makna. Model makna seperti itu dieksplor lebih jauh dalam bidang
pragmatik.
3.2 Suara dan Simbol
Cara suatu bahasa diucapkan menggunakan suara
atau isyarat untuk membentuk suatu makna dikaji dalam fonologi. Kajian
bagaimana manusia menghasilkan dan memaknakan suara vokal disebut dengan
fonetik. Dalam bahasa ucapan makna dikonstruksi bila suara menjadi bagian dari
sistem dimana beberapa suara dapat berkontribusi untuk mengekspresikan suatu
makna dan suara lainnya tidak. Dalam setiap bahasa yang ada dari sekian banyak
suara yang dapat dibuat oleh vokal manusia hanya sejumlah suara yang
berkontribusi dalam pembentukan makna.
Suara sebagai bagian dari sistem linguistik
disebut dengan fonem. Semua bahasa oral memiliki sedikitnya dua kategori fenom
berbeda: harakat dan konsonan yang dapat digabungkan menjadi suku kata. Selain
segmen seperti harakat dan konsonan, beberapa bahasa juga menggunakan suara
dengan cara berbeda untuk menyampaikan suatu makna. Banyak bahasa, misalnya,
menggunakan penekanan, aksen, durasi dan nada untuk membedakan makna. Karena
fenomena seperti ini bekerja diluar dari sebuah segmen mereka disebut dengan
suprasegmental.
Aksara merepresentasikan suara dari perkataan
manusia menggunakan simbol visual. Alfabet latin (dan yang berbasis atau
diturunkan darinya) adalah berbasiskan representasi dari suatu suara, sehingga
kata-kata terbentuk dari huruf-huruf yang secara umum menandakan sebuah
konsonan atau harakat dalam struktur dari kata. Dalam naskah suku kata, seperti
naskah Inuktitut, setiap isyarat merepresentasikan seluruh suku kata. Dalam
naskah logographic setiap isyarat merepresentasikan seluruh kata. Karena semua
bahasa memiliki jumlah kata yang sangat banyak, tidak ada naskah logographic
yang diketahui eksis. Untuk merepresentasikan suara dari bahasa-bahasa di dunia
dalam penulisan, linguis telah mengembangkan International Phonetic Alphabet,
dirancang untuk merepresentasikan semua suara yang berbeda yang telah diketahui
untuk membantu pemaknaan dalam bahasa manusia.
3.3 Tatabahasa
Tatabahasa adalah kajian bagaimana
elemen-elemen makna (morfem) dalam suatu bahasa dapat digabungkan menjadi
pengucapan. Morfem dapat bebas
atau terikat.
Jika mereka bebas berpindah dalam pengucapan, mereka biasanya disebut dengan
kata, dan jika mereka terikat dengan kata atau morfem lainnya, mereka disebut
dengan afiks. Bagaimana suatu elemen makna dapat digabungkan dalam suatu bahasa
dikontrol oleh aturan-aturan. Aturan-aturan untuk mendapatkan struktur internal
kata disebut dengan morfologi. Aturan-aturan dari struktur internal dari frasa
dan kalimat disebut dengan sintaks. Dalam tradisi generativis Chomsky morfologi
dilihat sebagai bagian dari sintaks.
3.3.1 Kategori Tatabahasa
Tatabahasa
dapat diartikan sebagai sebuah sistem kategori, dan suatu kumpulan
aturan-aturan yang menentukan bagaimana kategori-kategori digabungkan untuk
membentuk aspek-aspek makna yang berbeda.
Bahasa-bahasa
berbeda secara luas dalam apakah suatu kategori dikodekan lewat penggunaan unit
kategori atau leksikal. Namun, beberapa kategori sangat umum sehingga hampir
universal. Kategori universal itu termasuk pengkodean relasi gramatikal dari
peserta dan predikat secara tatabahasa berbeda antara relasinya terhadap
predikat, pengkodean dari relasi sementara dan spasial pada predikat, dan
sistem dari pelaku gramatikal mengatur acuan dan perbedaan antara pembicara dan
penerima dan tentang siapa yang mereka bicarakan.
3.3.2
Kelas – Kelas Kata
Bahasa
mengelompokkan bagian-bagian dari pembicaraan menjadi kelas-kelas bergantung
kepada fungsi dan posisi relatif terhadap bagian lainnya. Semua bahasa,
misalnya, memiliki perbedaan mendasar antara sekelompok kata yang secara
prototipikal mengacu pada sesuatu dan konsep dan sekelompok kata yang secara
prototipikal mengacu pada aksi dan kejadian. Kelompok pertama, yang mengikutkan
kata seperti “anjing” dan “lagu”, biasanya disebut dengan kata benda. Kelompok
kedua, yang mengikutkan kata seperti “lari” dan “menyanyi”, disebut dengan kata
kerja. Kategori umum lainnya adalah Kata sifat, kata-kata yang menjelaskan
properti atau kualitas dari kata benda seperti “merah” atau “besar”.
Kelas-kelas
kata juga memiliki fungsi berbeda dalam tatabahasa. Kata kerja prototipikal
digunakan untuk membentuk predikat, sementara kata benda digunakan sebagai
argumen dari predikat. Dalam kalimat seperti “Sally lari,” predikatnya adalah
“lari,” karena ia merupakan kata yang menandakan keadaan tertentu tentang
argumennya “Sally”. Beberapa kata kerja seperti “sumpah” bisa saja memerlukan
dua argumen, contohnya: “Sally menyumpahi John”. Predikat yang hanya
menggunakan satu argumen disebut dengan intransitif,
dan predikat yang memakai dua argumen disebut dengan transitif.
Banyak kelas-kelas lain yang ada di bahasa yang
berbeda, seperti konjungsi yang berguna untuk menggabungkan dua kalimat dan
klausa yang memperkenalkan sebuah kata benda.
3.3.3
Morfologi
Banyak
bahasa menggunakan proses morfologi infleksi untuk merubah atau mengembangkan
makna dari kata-kata. Dalam beberapa bahasa kata terdiri dari beberapa unit
makna yang disebut morfem, kata bahasa Inggris “unexpected” dapat dianalisa
terdiri dari tiga morfem “un-”, “expect” dan “-ed”. Morfem dapat dikelaskan
berdasarkan apakah mereka akar dimana morfem yang lain terikat dengan afiks
ditambahkan, dan morfem terikat dapat dikelompokan berdasarkan posisinya dalam
relasi terhadap akarnya: prefiks lebih dulu dari akar, sufiks setelah akar dan
infiks dimasukkan di antara akar. Afiks bertujuan untuk merubah atau
mengembangkan makna dari akar. Beberapa bahasa mengganti makna dari kata dengan
merubah struktur fonologi dari kata, contohnya kata Inggris “run” dengan kata
kerja masa lampaunya adalah “ran”. Lebih lanjut morfologi membedakan antara
proses infleksi yang merubah atau mengembangkan kata, dan derivasi yang membuat
kata baru dari kata yang sudah ada — contohnya kata Inggris “sing” yang dapat
menjadi “singer” dengan menambahkan morfem derivasi -er untuk mendapatkan kata
benda dari kata kerja. Bahasa-bahasa berbeda secara luas dalam seberapa banyak
mereka bergantung kepada morfologi — beberapa bahasa, secara tradisional
disebut dengan bahasa polisintetik, menggunakan morfologi secara ekstensif,
sehingga ia mengekspresikan seluruh kalimat bahasa Inggris dalam satu kata.
Contohnya kata Greenlandic “oqaatiginerluppaa“”
“Ia memburuk-burukan tentang dia” yang terdiri dari akar ogaa dan enam
sufiks.
3.3.4
Sintaks
Bahasa
yang menggunakan infleksi untuk menyampaikan makna terkadang tidak memiliki
aturan kuat untuk urutan kata dalam suatu kalimat. Contohnya dalam latin “dominus servos vituperabat”
dan “servos
vituperabat dominus” berarti “tuan menyumpahi budak”, karena “servos” “budak” ada
dalam kausa akusativ memperlihatkan bahwa ia adalah objek dalam tatabahasa dari
kalimat dan “dominus”
“tuan” ada dalam kausa nominatif memperlihatkan bahwa ia adalah subjek. Bahasa
lain, namun, menggunakan sedikit atau tanpa proses infleksi tapi menggunakan
urutan kata-kata dalam kaitannya satu sama lain untuk menghasilkan makna.
Contohnya dalam bahasa Inggris dua kalimat “budak-budak menyumpahi tuannya” dan
“tuan menyumpahi budak-budak” memiliki arti yang berbeda karena aturan subjek
dalam tatabahasa disandikan dengan kata benda berada di depan kata kerja dan
aturan objek disandikan dengan kata benda muncul setelah kata kerja.
Maka
sintaks, memiliki kaitan dengan urutan kata dalam kalimat, dan secara spesifik
bagaimana kalimat kompleks terstruktur dengan mengelompokkan kata-kata dalam
unit-unit, disebut dengan frasa, yang dapat menempati tempat berbeda dalam
struktur sintaktik yang luas. Dibawah ini adalah representasi grafik dari
analisis sintaktik dari kalimat “the cat sat on the mat”. Kalimat dianalisa
terbagi oleh frasa kata benda, kata kerja dan frasa preposisi; frasa preposisi
terbagi lagi menjadi preposisi dan frasa kata benda; dan frasa kata benda
terdiri dari klausul dan kata benda.
4. Akuisisi Bahasa
Semua manusia yang sehat, berkembang secara
normal, belajar menggunakan bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa atau bahasa
yang ada disekitarnya — bahasa manapun yang mereka terima secara penuh selama
masa kanak-kanak. Perkembangannya secara esensial sama antara anak-anak yang
mempelajari bahasa isyarat atau bahasa oral. Proses belajar ini dikenal dengan
akuisisi bahasa pertama, karena tidak seperti pembelajaran lainnya ia tidak
membutuhkan pembelajaran langsung atau kajian secara khusus. Dalam The Descent of Man
naturalis Charles Darwin menyebut proses tersebut dengan, “keinginan insting
untuk memperoleh suatu seni.”
Akuisisi bahasa pertama berlangsung regular
secara bertahap, walaupun terdapat berbagai variasi dalam waktu untuk
tingkatan-tingkatan tertentu di antara bayi yang berkembang secara normal.
Sejak lahir, bayi merespon lebih mudah pada suara manusia daripada suara
lainnya. Sekitar umur satu bulan, bayi tampak telah dapat membedakan antara
suara bicara yang berbeda. Sekitar umur enam bulan, seorang anak mulai
mengoceh, menghasilkan suara bicara dari bahasa yang digunakan disekitarnya.
Perkataan mulai muncul pada umur 12 sampai 18 bulan; rata-rata perbendaharaan
kata bayi berumur 18 bulan adalah sekitar 50 kata. Pengucapan pertama anak
adalah berbentuk Holofrasa (secara harfiah “keseluruhan-kalimat”), pengucapan
yang hanya menggunakan satu kata untuk mengkomunikasikan seluruh ide. Beberapa
bulan setelah anak menghasilkan kata-kata, ia akan menghasilkan pengucapan dengan
dua-kata, dan dalam beberapa bulan lebih mulai ber-bicara telegrafis, kalimat
singkat yang kurang kompleks secara tatabahasa daripada orang dewasa bicara,
tetapi memperlihatkan struktur sintaks reguler. Pada umur tiga sampai lima
tahun, kemampuan anak untuk berbicara dan berisyarat yang halus yang hampir
mirip dengan bahasa dewasa.
5. Bahasa dan Kultur
Bahasa, dipahami sebagai kumpulan norma-norma
perkataan dari komunitas tertentu, juga termasuk bagian dari kultur yang lebih
besar dari komunitas yang menggunakannya. Manusia menggunakan bahasa sebagai
cara memberikan sinyal identitas antara grup kultur dan perbedaan dengan yang
lainnya. Bahkan di antara pembicara dalam satu bahasa beberapa cara berbeda
dalam menggunakan bahasa masih ada, dan setiapnya digunakan untuk memberikan
sinyal pertalian antara subgrup dalam satu kultur yang besar. Linguis dan
antropologis, terutama sociolinguistic, ethnolinguists dan linguistic
anthropologists telah mengkhususkan mengkaji bagaimana cara berbicara bisa
berbeda antara Komunitas bicara.
Cara komunitas menggunakan bahasa adalah
bagian dari kultur komunitas tersebut, seperti praktek-praktek berbagi lainnya,
ia merupakan cara untuk menunjukkan identitas grup. Cara-cara berbicara tidak
hanya untuk berkomunikasi, tetapi juga untuk mengidentifikasikan posisi sosial
dari pembicara. Linguis menggunakan istilah variasi, sebuah istilah yang
meliputi dialek secara geografi atau sosialkultural dan juga jargon atau gaya
dari subkultur, untuk mengacu pada cara yang berbeda dalam pengucapan bahasa.
Anthropologi linguistik dan sosiologi bahasa menjelaskan gaya komunikasi
sebagai cara suatu bahasa digunakan dan dipahami dalam kultur tertentu.
Bahasa tidak hanya berbeda dalam pengucapan,
kosa kata atau tatabahasa, tetapi juga berbeda dalam “kultur berbicara”.
Beberapa kultur sebagai contohnya memiliki sistem yang rumit dalam “sosial
deixis”, sistem pemberian sinyal jarak sosial lewat makna linguistik. Dalam
bahasa Inggris, sosial deixis diperlihatkan biasanya lewat perbedaan dalam memanggil
orang dengan nama pertama dan yang lain dengan nama keluarga, tetapi juga
dengan gelar separti “Nyonya”, “anak”, “Doktor” atau “Yang Mulia”, tatapi dalam
bahasa lain sistem seperti ini bisa sangat kompleks dan dikodifikasi dalam
tatabahasa dan kosa kata dari bahasa tersebut. Misalnya, dalam beberapa bahasa
di Asia timur, seperti Thai, Burma dan jawa, kata yang berbeda digunakan
bergantung kepada apakah pembicara berbicara kepada seseorang yang lebih tinggi
atau rendah tingkatnya dari dirinya sendiri dalam sebuah sistem tingkatan
dimana binatang dan anak-anak berada di tingkat rendah dan dewa-dewi dan
anggota kerajaan sebagai yang tertinggi.
6. Asal Mula
Teori tentang asal mula bahasa dapat dibagi
berdasarkan asumsi dasarnya. Beberapa teori berdasarkan ide bahwa bahasa sangat
kompleks sehingga tidak dapat dibayangkan ia timbul dari ketiadaan sehingga
menjadi seperti sekarang, tapi ia pastilah berkembang dari sistem
pra-linguistik bersama dengan nenek moyang pra-manusia. Teori ini dapat disebut
dengan teori berdasarkan keberlanjutan. Sudut pandang berlawanan yaitu bahwa
bahasa adalah ciri unik manusia yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun
yang ada di selain-manusia dan oleh sebab itu ia pastilah muncul mendadak pada
saat transisi dari pra-hominid ke awal manusia. Teori ini dapat didefinisikan
sebagai berbasis ketidakberlanjutan. Demikian juga beberapa teori melihat
bahasa sebagai kemampuan lahir yang secara garis besar dikodekan dalam genetik,
sementara yang lain melihatnya sebagai sistem yang besar secara kultur, yang
dipelajari lewat interaksi sosial. Satu-satunya lawan yang menonjol dari teori
ketidakberlanjutan dari asal mula bahasa manusia adalah Noam Chomsky. Chomsky
menyatakan bahwa ‘Beberapa mutasi acak terjadi, mungkin setelah hujan sinar kosmik
yang tak dikenal, dan ia menyusun ulang otak, menanam organ bahasa di dalam
otak primata’. Walaupun memperingatkan supaya tidak menganggap kisah tersebut
secara benar-benar, Chomsky bersikeras bahwa ‘Ia mungkin lebih dekat pada
kenyataan daripada dongeng-dongeng lainnya yang mengatakan tentang proses
secara evolusi, termasuk bahasa’. Teori berbasis keberlanjutan sekarang
dipegang oleh kebanyakan ilmuwan, tetapi mereka beragam dalam melihat
perkembangannya.Bagi mereka yang melihat bahasa umumnya bawaan lahir, contohnya
Steven Pinker, menganggapnya mendahului kesadaran binatang, sebaliknya mereka
yang melihat bahasa sebagai alat komunikasi sosial yang dipelajari, seperti
Michael Tomasello, melihatnya berkembang dari komunikasi binatang, baik itu
gestur primata atau komunikasi vokal. Model berbasis keberlanjutan lainnya
melihat bahasa berkembang dari musik.
Karena timbulnya bahasa berada sebelum
prasejarah manusia, perkembangan yang berkaitan tidak meninggalkan jejak
sejarah dan tidak ada proses perbandingan yang dapat diobservasi pada saat
sekarang. Teori yang menekankan keberlanjutan sering melihat pada binatang
untuk melihat jika, misalnya, primata memperlihatkan ciri-ciri yang dapat
dilihat sebagai analogi terhadap bentuk bahasa dari pra-manusia. Secara alternatif,
fosil awal manusia dapat diinspeksi untuk melihat jejak-jejak adaptasi fisik
dari penggunaan bahasa atau bentuk jejak-jejak pra-linguistik dari perilaku
simbolik.
Secara umum tak
terbantahkan bahwa pra-manusia australopithecine tidak memiliki sistem
komunikasi yang secara signifikan berbeda dengan yang ditemukan pada kera besar
secara umum, tetapi para ahli memiliki opini yang berbeda-beda terhadap
perkembangan sejak munculnya Homo
sekitar 2,5 juta tahun yang lalu. Beberapa ahli mengasumsikan perkembangan
sistem mirip-bahasa primitif (proto-bahasa) sama awalnya dengan Homo habilis,
sementara ahli lainnya menempatkan perkembangan komunikasi simbol primitif
hanya dengan Homo
erectus (1,8 juta tahun yang lalu) atau Homo heidelbergensis (0,6 juta tahun
yang lalu) dan perkembangan bahasa pada Homo
sapiens kurang dari 100.000 tahun lalu.
Johanna Nichols memperkirakan bahwa waktu
yang diperlukan untuk sampai pada persebaran dan keberagaman seperti bahasa
modern sekarang, mengindikasikan bahwa bahasa oral timbul sekitar 100.000 tahun
lalu.
7. Bahasa Alami
Bahasa manusia biasanya disebut dengan bahasa
alami, dan ilmu yang mengkajinya jatuh pada bidang linguistik. Bahasa itu
hidup, mati, berpindah dari suatu tempat ke tempat lain, dan berubah seiring
dengan waktu. Setiap bahasa yang berhenti berubah atau berkembang dikategorikan
sebagai bahasa mati. Kebalikannya, setiap bahasa yang selalu dalam keadaan
berubahan diketahui sebagai bahasa
hidup atau bahasa modern.
Membuat sebuah perbedaan yang berprinsip
antara satu bahasa dan lainnya terkadang hampir tidak mungkin. Misalnya, ada
beberapa dialek bahasa Jerman yang mirip dengan dialek bahasa Belanda. Transisi
antara bahasa dalam bahasa keluarga yang sama terkadang bertingkat-tingkat
(lihat rangkaian dialek).
Beberapa condong membuat persamaan dengan
biologi, dimana tidak mungkin membuat perbedaan yang jelas antara satu spesies
dengan spesies yang lain. Dalam setiap kasus, kesulitan tertinggi mungkin
berada pada interaksi antara bahasa dan populasi. (Lihat Dialek atau August
Schleicher untuk diskusi lebih panjang.)
Konsep dari Ausbausprache, Abstandsprache and
Dachsprache digunakan untuk membuat pembedaan lebih halus tentang tingkat
perbedaan antara bahasa atau dialek.
Bahasa isyarat adalah sebuah bahasa yang,
bukannya disampaikan menggunakan pola suara secara akustik, menggunakan pola
isyarat yang dikirim secara visual (komunikasi manual, bahasa tubuh) untuk
menyampaikan makna — secara simultan menggabungkan pola tangan, orientasi dan
pergerakan tangan, lengan atau tubuh, dan ekpresi wajah untuk mengekspresikan
pikiran pembicara secara lancar. Ratusan bahasa isyarat digunakan diseluruh
dunia dan sebagai inti dari kultur Tuli lokal.
8. Bahasa Artifisial
Bahasa artifisial adalah sebuah bahasa yang
mana fonologi, tatabahasa, dan/atau kosa kata nya telah dirancang atau
dimodifikasi secara sadar oleh individu atau kelompok, bukan berkembang secara
alami. Banyak alasan untuk membuat sebuah bahasa: untuk mempermudah komunikasi
manusia; untuk menambah isi dari sebuah karya fiksi atau dunia khayalan; untuk
eksperimentasi linguistik; untuk kreasi artistik; dan untuk permainan bahasa.
Ekspresi dari “bahasa terencana” terkadang
digunakan untuk mengartikan bahasa bantu internasional dan bahasa bentukan
lainnya untuk penggunaan nyata dalam komunikasi manusia. Beberapa lebih
menyukai istilah “artifisial” yang mungkin memiliki konotasi buruk dalam
beberapa bahasa. Di luar komunitas Esperanto, istilah bahasa terencana berarti
resepnya berada pada bahasa alami untuk menstandarkannya; dalam hal ini, bahkan
“bahasa alami” mungkin artifisial dalam hal-hal tertentu. tatabahasa
preskriptif, yang ada pada masa kuno untuk bahasa klasik seperti Latin,
Sanskrit, dan Cina adalah kodifikasi berbasis aturan dari bahasa alami,
kodifikasinya berada di antara seleksi alami yang naif dan perkembangan bahasa
dan konstruksinya yang jelas.
Matematik, Logik dan ilmu komputer
menggunakan entitas artifisial yang disebut bahasa formal (termasuk bahasa
pemrograman dan bahasa markup, dan beberapa yang lebih ke teori secara alami).
Semua itu menggunakan bentuk rangkaian karakter, diproduksi oleh kombinasi dari
tatabahasa formal dan kompleksitas semantik yang berubah-ubah.
Bahasa pemrograman adalah bahasa formal
diberkahi dengan semantik yang dapat digunakan untuk mengkontrol perilaku dari
mesin, terutama komputer, untuk melakukan pekerjaan tertentu. Bahasa
pemrograman dibentuk menggunakan aturan sintaks dan semantik, untuk menentukan
struktur dan makna secara berurutan.
Bahasa pemrograman digunakan untuk
memfasilitasi komunikasi mengenai pekerjaan tentang pengorganisasian dan
manipulasi informasi, dan untuk mengekspresikan algoritma secara tepat.
Beberapa penulismembatasi istilah “bahasa pemrograman” untuk bahasa yang dapat
mengekspresikan semua algoritma yang ada; terkadang istilah “bahasa komputer”
juga digunakan terhadap bahasa artifisial yang lebih terbatas.
9. Komunikasi Binatang
Istilah “bahasa binatang” sering digunakan
untuk sistem komunikasi selain-manusia. Linguistik dan semiotisian tidak
mempertimbangkan mereka sebagai “bahasa” sejati, tetapi menggambarkan mereka
sebagai komunikasi binatang berdasarkan sistem isyarat tidak-simbolis, karena
interaksi antara binatang dalam berkomunikasi secara fundamental berbeda secara
mendasar dari bahasa manusia.
Menurut pendekatan ini,
sejak binatang tidak lahir dengan kemampuan memahami, istilah “kultur”, saat
diaplikasikan ke komunitas binatang, dipahami mengacu pada sesuatu yang secara
kualitas berbeda dengan yang ada di komunitas manusia. Bahasa,
komunikasi dan kultur adalah hal-hal yang lebih kompleks di antara manusia.
Anjing mungkin saja secara sukses mengkomunikasikan keadaan emosi agresifnya
dengan menggeram, yang mungkin atau mungkin tidak menyebabkan anjing lainnya
menjauh atau mundur. Hal yang sama, pada saat manusia berteriak dalam
ketakutan, ia mungkin atau mungkin tidak memberitahu manusia lain akan adanya
bahaya. Keduanya mencontohkan komunikasi, tapi keduanya bukan yang secara umum
dikenal dengan bahasa.
Dalam beberapa contoh publikasi, binatang
selain manusia telah diajarkan untuk memahami beberapa fitur dari bahasa
manusia. Karl von Frisch menerima hadiah Nobel ditahun 1973 untuk pembuktian
komunikasi isyarat dan variannya pada lebah. Simpanse, gorila, dan orangutan
telah diajarkan isyarat tangan berbasis American Sign Language. Burung beo
Abu-abu Afrika, Alex, yang memiliki kemampuan meniru perkataan manusia dengan
tingkat akurasi yang tinggi, dianggap memiliki inteligensi yang cukup untuk
memahami apa yang ia tiru. Walaupun binatang dapat diajarkan untuk memahami
bagian dari bahasa manusia, mereka tidak dapat menghasilkan sebuah bahasa.
Bila pendukung dari sistem komunikasi
binatang telah mendebatkan tingkat dari semantik, sistem ini belum ditemukan
yang mendekati sintaks pada bahasa manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar